Hits: 194

 

Kreatifitas Ibu Dewi Budiarti Teruna Jasa Said (49) dalam mengolah dan memanfaakan sampah patut ditiru oleh pemuda dan pemudi saat ini demi masa depan bumi. Foto : Yudha Ikhsan.

Pijar, Medan. Suatu masalah kecil jika demikian lama dibiarkan begitu saja, tanpa adanya inisiatif untuk menanggulanginya, bisa saja masalah tersebut akan menjadi semakin buruk dan rumit. Salah satunya adalah masalah sampah.

Sampah merupakan limbah yang dihasilkan oleh manusia melalui kegiatan-kegiatan seperti berbelanja, memasak, makan dan banyak kegiatan manusia lainnya. Di Jakarta misalnya, bisa menghasilkan sekurang-kurangnya 6000 ton perhari. Bahkan ada sebuah anekdot, dimana dalam dua hari saja gunungan sampah tersebut dapat membangun seperti sebuah Candi Borobudur. Sementara di Kota Medan, dalam satu hari sampah tersebut dapat mencapai s1.100 ton.

Terkadang suatu keadaan yang sangat mengkhawatirkan dapat menghasilkan sebuah ide yang cemerlang. Hal tersebutlah yang mengilhami  ibu Dewi Budiarti Teruna Jasa Said (49) untuk menghasilkan ide-ide kreatif dalam mengolah dan memanfaatkan sampah. Perempuan kelahiran 24 Mei 1964 ini membuat sampah menjadi sebuah kerajinan tangan, bahkan bernilai ekonomis. Melalui tangan ibu Dewi, sampah-sampah tersebut ‘disulap’ menjadi patung, pigura lukisan, topeng dan sebagainya.Dewi melakukan pendaur ulangan sampah tersebut dengan tujuan dapat membantu pemerintah untuk menanggulangi permasalahan sampah yang ada, dan ternyata kemudian menjadi suatu peluang usaha.

Topeng ini terbuat dari sampah yang disulap sedemikian rupa oleh Ibu Dewi. Foto : Yudha Ikhsan.

Perempuan yang juga merupakan satu-satunya  mantan promotor tinju  perempuan di Medan ini menuturkan bahwa budaya masyarakat Indonesia memasak, merupakan salah satu penyumbang sampah terbanyak saat ini.

Oleh karena itu beliau membuat alat yang dapat mendaur ulang sampah, yaitu alat Biopori. Alat ini seperti bor, yang berfungsi untuk menggali tanah. Lalu, sampah-sampah basah (sayuran, bekas olahan ikan, sapi, maupun ayam) dijadikan kompos, ditanam di tanah yang telah digali. Proses tersebut kemudian ia sebut dengan PTT (Pilah, Tabung, Tanam). Sampah-sampah yang ditanam tersebut tidak akan mencemarkan tetumbuhan, bahkan akan semakin menyuburkan pohon dan tumbuhan lainnya.

Sampah yang dianggap tidak berguna dapat didaur-ulang menjadi karya seni yang indah seperti patung ini. Foto : Yudha Ikhsan.

Dibalik kegunaan sampah basah untuk sebagai pupuk kompos tumbuhan, lain halnya dengan sampah-sampah kering (botol, styrofoam, dan plastik). Perempuan  yang  sebagai promotor pernah menghasilkan juara tinju kelas Welter WBF ini, juga sering melakukan inovasi-inovasi terhadap sampah-sampah tersebut. Pertama kali diawali dengan menggunakan gelas bekas minuman air mineral, beliau membuat tempat alat tulis yang mempunyai nilai jual. Sedangkan, pada sampah-sampah plastik beliau membuat patung mungil berbentuk wajah orang terkenal, seperti Presiden Indonesia dan Amerika. Alhasil, kerajinan tangan kreasi ibu Dewi sering mendapat tawaran pembeli berskala nasional.

Program yang telah dijalankan selama lima tahun ini, sebenarnya juga dimulai karena melihat situasi lingkungan dan kondisi masyarakat sekitar yang sangat kompleks dengan sampah, sekaligus untuk turut menyelamatkan lingkungan dari pemanasan global. “Hal-hal kecil bisa kita lakukan untuk menyelamatkan bumi kita,” ujar istri pemilik Harian Waspada ini.

Berkat kreatifitas serta kontribusinya terhadap lingkungan, Ibu Dewi Teruna Said sempat mendapat penghargaan sebagai “Tokoh Penggerak Pembangunan Sumut”. Foto : Yudha Ikhsan

Wanita  yang juga ketua IKWI Sumut (Ikatan Keluarga Wartawan Indonesia) ini juga merupakan seorang pekerja keras. “Walau terkadang sibuk dalam mengampanyekan penghijauan dan pendaur ulangan sampah,  keluarga tetap menjadi fokus utama,” tambahnya.

Kegiatan mendaur ulang sampah dan mengampanyekan untuk agar peduli terhadap  masalah sampah ini terus diaungkan oleh beliau melalui seminar-seminar. Beliau juga sangat mengharapkan peran pemerintah untuk ikut berperan serta untuk menanggulangi masalah sampah ini. Pemerintah juga diharapkan untuk membangun infrastuktur yg lebih memadai dan agar turut serta mendorong para wirausahawan muda untuk melirik peluang usaha pada sampah ini. Beliau berharap agar Perda (Peraturan Daerah) terkait hal tersuebut segera diterapkan sehingga masyarakat tidak membuang sampah sembarangan.

Kedepannya beliau masih akan berfokus pada sosialiasi, seperti membentuk beberapa komunitas yang peduli terhadap sampah. Beliau berencana akan mendirikan APPEL (Asosiasi Perempuan Pecinta Lingkungan) dan membentuk  Green Campus untuk mengakomodir peran generasi muda terhadap sampah.

Sampah adalah masalah bersama, dimana kita tidak bisa hanya memberikan tanggung jawab tersebut kepada pemerintah. Mulailah dari hal yang sederhana namun memberi arti, beberapa hal yang sederhana kamu lakukan akan membentuk  dan memberi  pengaruh suatu hal yang hebat ke depannya. [yi]

Leave a comment