“Selama lima puluh tahun penduduk Suriah telah hidup dalam ketakutan, sulit memercayai siapa pun, dan memupuk niat memberontak di lubuk hati yang terdalam. Kami menegakkan kepala dan menanam pohon lemon sebagai lambang pertahanan”.
Pernahkah terpikirkan olehmu bahwa selama ini mungkin saja kamu telah salah memahami sesuatu dan baru menyadarinya setelah bertahun-tahun berlalu? Dalam novel Hello, Tere Liye menghadirkan kisah sederhana tetapi menyentuh hati pembaca melalui cerita tentang dua orang yang terikat masa lalu, serta penyesalan yang lama tersimpan
Kamu pernah tidak merasakan sesuatu yang ada di batas kata “hampir”? Brian Khrisna, seorang penulis muda Indonesia yang dikenal lewat karya-karyanya, menulis sebuah buku berjudul The Book of Almost. Buku ini berisi kumpulan sajak-sajak pendek mengenai cinta, kehilangan, serta segala sesuatu yang hampir.
Apakah kalian pernah menemukan tumpukan komik Why? di rak buku lama dan teringat kembali ke masa kecil? Masa di mana belajar sains, sejarah, astronomi, dan topik lainnya terasa menyenangkan karena dijelaskan lewat gambar lucu dan cerita yang seru. Komik ini tidak sekadar menjadi hiburan semata, tetapi juga awal mula tumbuhnya rasa ingin tahu yang tiada batas.
Siapa yang tak ingin menjadi magnet sosial, pribadi yang kehadirannya selalu dinantikan dan kata-katanya didengar penuh perhatian? Rahasia daya pikat interpersonal ini diurai tuntas oleh pakar komunikasi Leil Lowndes dalam buku fenomenalnya, yang di Indonesia dikenal dengan judul The Magic of Talking (judul asli: How to Talk to Anyone: 92 Little Tricks for Big Success in Relationships).
Beberapa buku diterbitkan, dibaca, lalu perlahan terlupakan. Namun, ada pula yang tetap berbekas di pikiran pembaca hingga bertahun-tahun lamanya. Tulisan Sastra karya Tenderlova adalah salah satunya. Sejak pertama kali terbit di bawah naungan LovRinz Publishing pada tahun 2020, novel ini tak hanya menarik hati pembaca, tapi begitu membekas hingga terus terkenang dan masih kerap muncul sebagai perbincangan di media sosial hingga saat ini.
Apa artinya menjadi “manusia”? Apakah ketika kita sudah memenuhi syarat, atau jangan-jangan kita hanya sedang memainkan peran, berpura-pura mengerti aturan hidup yang tak pernah benar-benar kita pahami?
Buku karya Tere Liye banyak mengajarkan kita tentang arti kesabaran, pentingnya integritas, makna pengorbanan, atau keberanian menghadapi hidup. Ada juga yang mengenai kekeluargaan, persahabatan, perjuangan hidup, dan kehilangan. Tetapi, novel “Tentang Kamu menceritakan mengenai perjalanan hidup seorang wanita bernama Sri Ningsih yang penuh dengan tantangan, luka yang mendalam, dan perjuangan.
etiap orang tentu memiliki definisinya sendiri. Ada yang merasa bahagia saat berhasil meraih impiannya, ada yang menemukan kebahagiaan lewat kehadiran orang-orang tersayang, bahkan ada pula yang makna bahagianya sederhana saja, cukup dengan melihat unggahan baru dari idola favorit di media sosial. Namun, pertanyaan pentingnya adalah, sudahkah kita benar-benar memahami makna kebahagiaan yang kita cari selama ini?
Saat menjalankan kehidupan, kita hanya selalu menyatakan tahu apa yang akan dikerjakan. Namun, pernahkah sempat terlintas dalam benak, dan mengkilas kembali “mengapa” kita harus mengerjakan apa yang akan dikerjakan?
