Hits: 22

Muhammad Abdul Fattah / Ronaldo Hafizh

Pijar, Medan. Berkembangnya dunia digital, membuat buku sebagai media membaca seolah tergantikan. Banyak orang lebih memilih membaca melalui dunia digital terutama gawai atau lebih sering disebut gadget. Dengan adanya peralihan ini, membuat taman baca ataupun perpustakaan sering ditinggalkan oleh kaula muda dan masyarakat lainnya.

Semua orang tahu manfaat membaca buku. Namun, sayangnya manfaat ini tidak direalisasikan dengan optimal. Orang-orang lebih memilih untuk bersantai menyantap segelas kopi dan ditemani dengan gadget. Tapi, tunggu. Bagaimana jika tempat ngopi dikombinasikan menjadi tempat membaca sekaligus? Begitulah kiranya untuk menggambarkan salah satu tempat yang memadukan konsep tersebut yakni Spirit Books and Coffe.

Spirit Books and Coffee pertama kali hadir awal Februari 2006. Terletak di Komplek Pamen Padang Bulan, tempat ini cukup nyaman dan jauh dari keributan hiruk pikuk Kota Medan. Hal ini menjadi pilihan untuk masyarakat menikmati secangkir kopi sembari membaca buku yang tersedia di ttempat ini. Ditambah lagi tempat ini masih berada disekitaran Universitas Sumatera Utara, semakin memudahkan akses mahasiswa untuk menumbuhkan minat baca mereka.

Tempat yang dibuka dari jam 10 ini telah mengkoleksi 50.000 buku yang dikumpulkan sejak awal berdiri sampai sekarang. Buku-buku yang disuguhkan pun juga beraneka ragam mulai dari fiksi, novel, komik, dan lain-lain. Ditambah dengan menu minuman kopi yang beragam seperti kopi Lokan, kopi Jantan, dan kopi Mandailing.

Kopi sebagai satu-satunya menu untuk mongkrong di Spirit books and coffe. (Fotografer: Mhd. Abdul Fattah)
Kopi sebagai satu-satunya menu untuk mongkrong di Spirit books and coffe.
(Fotografer: Mhd. Abdul Fattah)

“Awal berdirinya Spirit ini karena saya suka baca buku dan support dari kawan-kawan, nama Spirit diambil karena pada saat itu hanya modal semangat saja, penambahan tempat ngopi sendiri karena saya penyuka kopi dan tidak ada salahnya menggabungkan dua konsep itu,” ungkap Simon, sang pemilik Spirit Books and Coffe ini.

Berbalik kebelakang, sebenarnya Spirit ini adalah taman bacaan dulunya yakni pada tahun 2006. Tetapi sejak tahun 2017, Simon selaku pemilik memadukannya dengan menjual kopi. Dimana dirinya juga memandang trend ‘ngopi’ saat ini sangat berkembang pesat. Sehingga dirinya berpikir akan menghasilkan sebuah konsep baru untuk menumbuhkan minat baca masyarakat di era digital ini.

“Tempat Spirit pertama terletak di Padang Bulan, dekat Sumber USU, tetapi karena ada kendala pindah tepat di depan Pajus. Nah, dikarenakan adanya pembangunan perumahan Pamen, maka kita masuk ke dalam gang ini tempat yang sekarang ini,” jelas Simon.

Kebanyakan pengunjung Spirit adalah mahasiswa yang mengerjakan tugas atau sekedar nongkrong bersama teman-temannya. Spirit book and coffee selalu menjadi tempat pilihan untuk nongkrongnya mahasiswa yang membutuhkan buku. Selain itu tidak sedikit juga pengunjung datang membahas perihal seperti politik dan lain-lain. Kenyamanan dari tempat ini juga dirasakan oleh salah satu pengunjung yang tidak mau disebutkan namanya.

”Saya dari SD memang suka baca buku, saya lebih suka komik Jepang untuk laki-laki, walaupun tempatnya tidak terlalu besar tapi nyaman dan kalau bisa ke depannya ada makanan,” kata salah satu pengunjung.

Simon berharap koleksi bukunya bisa disentuh seperti dulu lagi oleh pengunjung. ”Saya kepengen spirit ini bisa bertahan lebih lama lagi, bisa tetap memiliki pembaca dan tidak membiarkan buku-buku ini bersedih karena ditutupi debu,” katanya sebagai harapan untuk Spirit Books and Coffe ini.

Redaktur Tulisan: Maya Andani

Leave a comment