Hits: 196
Fanny Novitadewi / Agnes Priscilla
“Alpha female adalah istilah yang ditujukan kepada perempuan yang berada di puncak prestasi dan attitude-nya. Mereka dihormati dan disegani, baik oleh perempuan maupun pria. Mereka percaya diri dan mengoptimalkan potensi nya. Menjadi seorang alpha female dewasa dimulai sejak dini dengan menjadi alpha girl” – hal 20
Pijar, Medan. Apa stigma yang melekat di benak banyak orang ketika mendeskripsikan perempuan? Sumur, dapur, dan kasur? Kejamnya lagi, perempuan juga kerap dilarang mengenyam pendidikan tinggi karena ambisi yang terlalu besar pada perempuan justru dianggap menjadi bumerang dan membuat mereka kesulitan bekerja. Melalui buku The Alpha Girl’s Guide, semua stigma perempuan si “makhluk paling lemah” dibantahkan.
Buku ini ditulis oleh Henry Manampiring yang karya-karyanya sudah banyak dikenal khalayak luas. Beragam tanggapan muncul, termasuk tanggapan negatif tentang Henry sebagai penulis karena ia adalah seorang laki-laki. Kendati demikian, ia beralasan bahwa penulis pria dapat mengambil sudut pandang yang netral terhadap perempuan.
Alpha female sendiri didefinisikan sebagai perempuan yang benar-benar memahami dirinya, memiliki kekuatan terhadap dirinya sendiri, dan dapat mempengaruhi orang di sekitarnya. Banyak orang yang mengira bahwa alpha female dan miss independent memiliki definisi yang sama, tetapi nyatanya tidak. Pembaca dapat mengetahui perbedaannya ketika membaca buku ini.
The Alpha Girl’s Guide lahir atas pengamatannya terhadap figur-figur perempuan alpha di sekitarnya yang terlihat sangat kontras dengan banyaknya pertanyaan yang ia terima dari remaja perempuan atau perempuan muda. Mereka bertanya mengenai bagaimana seharusnya seorang perempuan bersikap.
Seorang perempuan sebaiknya belajar untuk menghilangkan “princess mentality” seperti dalam cerita dongeng, di mana perempuan selalu menggantungkan kebahagiaannya kepada pria. Tidak ada batasan bagi perempuan dalam memilih ingin menjadi sosok seperti apa di masa depan, karena mereka memiliki kendali penuh atas dirinya sendiri.
Henry berpendapat bahwa akan lebih baik jika pemahaman terkait alpha ini di lakukan sedini mungkin agar para perempuan muda dapat menjadi alpha female yang seutuhnya ketika tumbuh dewasa. Keinginan untuk memberikan kiat-kiat terkait bagaimana menjadi perempuan yang mandiri dan berdaya merupakan alasan judul The Alpha Girl’s Guide diangkat.
Buku ini juga menyediakan bagian-bagian interaktif, seperti alpha exercise agar pembaca dapat benar-benar memahami implementasi dari pemahaman alpha itu sendiri. Bagian alpha learning membantu menekankan informasi-informasi penting di setiap akhir bab. Pesan-pesan yang dinyatakan langsung oleh figur-figur alpha female di Indonesia juga tertuang dalam bagian alpha sister.
Gaya penulisan yang sederhana, pemilihan bahasa yang mudah dipahami, ditambah dengan jumlah halaman yang mencapai 208 halaman saja, mampu memberikan rasa nyaman sekaligus antusias ketika membacanya.
Henry mengatakan bahwa ia tidak menyarankan untuk menelan buku ini mentah-mentah. Para calon alpha female harus membaca dengan bijak, memilah, serta memilih hal-hal yang dianggap penting dan dibutuhkan sebagai bekal untuk menjadi seorang alpha female seutuhnya.
Seorang alpha female bukan semata-mata dipengaruhi oleh faktor genetis saja, tetapi didukung oleh latihan yang baik dan konsisten. Untuk menjadi alpha female, mulailah perubahan pada diri sendiri dengan sebuah langkah kecil untuk mencapai sesuatu yang besar. Abaikan rasa kecil hatimu dan percaya bahwa kamu bisa!
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)