Hits: 54

Maureen Christy Nauli Simanjuntak

Pijar, Medan. Di tengah ramainya dunia yang penuh amarah, benci, fitnah dan kejahatan, akan selalu ada yang tidak pernah hilang dan dibutuhkan. Kejujuran namanya.

Bungkam Suara merupakan sebuah novel karya Jombang Santani Khairen yang terbit di tahun 2023 lalu. Novel fiksi yang bergenre politik satir ini berisikan 400 halaman yang dibalut dengan cover dan isi yang menarik.

“Tak selamanya kritik terbuka itu baik, apalagi kalau niatnya ingin mendapat pengakuan, memancing orang lain untuk ikut memaki, dan menjatuhkan orang lain.” – halaman 48

Novel ini berlatar di sebuah negara yang tidak terdeteksi di peta dunia bernama NKAL (Negara Kesatuan Adat Lemunesia). Negara ini merupakan negara yang sudah sangat canggih, dimulai dari teknologi, kendaraan, hingga kawasan penduduknya yang disebut distrik.

Negara Kesatuan Adat Lemunesia (NKAL) yang sesekali diplesetkan oleh warganya sendiri menjadi NAKAL (Negara Kesatuan Adat Lawaknesia) memiliki dua pemimpin, yaitu seorang Raja dan Pemangku Adat. Terdapat satu hari yang ditunggu-tunggu dan dinantikan oleh semua orang setiap tahunnya, yaitu Hari Bebas Bicara. Ini adalah hari di mana dalam 24 jam itu setiap orang bebas mengemukakan keluh kesah, pendapat, bahkan protes mereka.

Kisah ini bercerita tentang Jujur Timur yang dipanggil Timmy, seorang mantan asisten dosen Prof. Terang Setiawan di Universitas Lemuria. Kehidupan keluarganya baik-baik saja hingga ayahnya ditetapkan sebagai pelaku dalam kasus spear pishing yang menyebabkan hilangnya uang warga NKAL pada Hari Bebas Bicara tahun lalu.

Timmy beserta adik dan Ibunya percaya bahwa bukan ayah mereka yang melakukannya. Mereka percaya bahwa ayahnya telah dijebak atau dijadikan tumbal oleh pemerintah. Kepercayaan itu semakin diperkuat ketika Timmy menemukan sesuatu di komputer lama ayahnya, sesuatu yang menyimpan rahasia besar selama ini.

“Tak semua orang melihat kebenaran dengan cara kita. Tak semua telinga mendengar nyanyian yang sama.” – halaman 114

Dalam satu tahun sebelum Hari Bebas Bicara terjadi, selama itu terdapat banyak warga biasa sampai pemerintah yang menyiapkan narasi-narasi yang akan disampaikan dalam satu hari itu. Bukan hanya untuk hari itu saja, dalam kehidupan sehari-hari, terdapat banyak orang dibalik layar yang dengan mudahnya mengatur skenario, dan mereka menyebutnya Mesin Propaganda. Semua pikiran masa di negara dikontrol untuk kepentingan tertentu.

Tujuan awal dibuatnya Hari Bebas Bicara adalah agar dibangun wadah untuk kritikan-kritikan yang membangun dan pendapat bagi warga negara, sehingga tercipta keadilan untuk seluruh rakyat. Namun, yang terjadi malah sesuatu yang melenceng, malapetaka. Kesempatan ini berubah menjadi ajang untuk saling menjatuhkan, menebar kebencian, fitnah, bahkan kerusuhan dalam negara.

Meski cerita ini dibalut dengan genre satire politic, buku ini tidak berat sama sekali untuk dibaca. Cerita yang dapat dikatakan non-fiksi yang difiksikan ini menyusun kata-kata yang dapat dengan mudah dipahami dan membuat kita terjun ke dalamnya, serta merasakan rollercoaster ketika membacanya.

Alur cerita yang membawa kita dalam ketegangan, membuat kita menantikan apa yang terjadi selanjutnya dan menebak-nebak siapa dalang di balik semuanya, disampaikan dengan baik. Tidak hanya itu, novel ini juga menghadirkan istilah-istilah yang mengocok perut karena namanya yang aneh. Seperti nama-nama badan negara yang cukup nyeleneh, juga komentar di dunia maya yang fresh.

Isu konflik yang diangkat dalam cerita ini seolah terasa sangat nyata dengan apa yang terjadi di bangsa ini. Ada banyak yang kita lihat sesuai dengan realita yang terjadi sekarang. Tentang apa yang terjadi di dunia maya yang dapat dengan mudah memengaruhi pikiran seseorang, juga membuat kita dengan mudah menjatuhkan orang lain hanya karena sebuah narasi singkat yang dibuat.

Melalui buku ini, kita dapat menemukan perspektif yang selama ini tidak kita pikirkan, Kita diajak untuk berpikir dan menyadari betapa pentingnya bijak dalam menyikapi sesuatu, baik itu di sosial media maupun di kehidupan nyata. Kalimat-kalimat yang penuh makna dan menyentuh hati dalam setiap awal bab juga sesuatu yang menjadi keunikan buku ini.

“Kepala itab isa jadi sarang monster menakutkan atau bisa juga jadi laboratorium canggih yang menyenangkan. Tinggal pilih, mau jadi manusia berkepala seperti apa.”  – halaman 194

(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)

Leave a comment