Hits: 25
Achmad Syah Galang Ramadhan
Pijar, Medan. Mata Garuda LPDP Sumatera Utara berhasil mengadakan sharing session pertama mereka yang berjudul Facing New Normal : Unlearning Passion and Profession melalui siaran langsung Instagram @mglpdpsumut pada Sabtu (22/08).
Kegiatan yang berlangsung selama satu jam ini dibawakan oleh Ikha Karunisa S. selaku moderator dan Muhammad Handika Surbakti selaku Life Coach XY Leadership sekaligus Co-Founder dari Medan Youth Forum sebagai narasumbernya. Adapun kegiatan ini merupakan wadah diskusi bagi anak-anak muda di luar sana untuk dapat mempelajari kembali passion dan profesinya di era new normal.
Handika dalam diskusi ini menerangkan bahwa passion merupakan sesuatu hal yang kita sukai dan kita kuasai, “what you good at and you love it” begitulah sekiranya kalimat yang tepat untuk memahami arti dari passion tersebut.
Passion seseorang dapat ditemukan dan diciptakan jika dibarengi dengan latihan, kegiatan, serta kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan setiap hari. Lingkungan sekitar yang kondusif dan suportif juga dapat mendukung seseorang untuk mendalami passion-nya.
Namun tidak selamanya passion dapat menjadi profesi, ada beberapa orang yang mungkin tidak memiliki kesempatan tersebut. Akan tetapi bagi yang tidak memiliki kesempatan tersebut, tetap bisa menikmati pekerjaan atau profesi asalkan tahu tujuannya bekerja. “It is okay bekerja tidak sesuai dengan passion karena passion tidak bisa memenuhi kebutuhan hidup. Kita juga harus realistis,” ucap Handika.
Handika juga menyatakan bahwa penting bagi kita untuk menemukan passion di masa pandemi seperti sekarang. Banyaknya orang yang terkena PHK dan sedikitnya lowongan kerja yang ada membuat kita harus mempelajari kembali passion dan profesi kita.
Cara yang dapat dilakukan untuk menemukan passion adalah dengan belajar adaptif terhadap perubahan, mencari peluang yang ada, dan beradaptasi dengan cara yang baru. “Di saat seperti ini (masa pandemi) juga kelihatan tuh, passion-passion itu akhirnya gak ada harganya gitu. Yaudah selesai, ketika tidak punya tempat. Nah makanya, ini sebenarnya waktu yang tepat untuk kita belajar untuk adaptif terhadap perubahan. Adaptive to changes,” jelasnya.
(Redaktur Tulisan: Widya Tri Utami)