Hits: 94

Tasya Azzahra Nasution

Pijar, Medan. Setiap tahunnya pada tanggal 16 Oktober diperingati sebagai ‘Hari Pangan Sedunia’. Peringatan ini bersamaan dengan tanggal lahirnya Organisasi Pangan dan Pertanian oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Tujuan dari perayaan ini adalah untuk meningkatkan kesadaran perihal betapa pentingnya kita bergerak dalam mengatasi masalah pangan, baik itu ditingkat nasional, regional, maupun global.

Berbicara soal pangan, kita tidak bisa menutup mata bahwa masih banyak saudara-saudara kita yang belum beruntung mendapatkan akses pangan yang layak. Ketersediaan pangan adalah persoalan antara hidup dan mati. Sangat disayangkan, sampai saat ini masalah pangan masih menjadi pekerjaan rumah bagi banyak negara di dunia.

Harus kita pahami bersama, bahwa masalah pangan bukan hanya urusan pemerintah. Masalah itu juga menjadi urusan kita sebagai masyarakat. Bersama kita harus bisa mewujudkan pola makan yang sehat, meningkatkan kualitas makanan, dan memastikan bahwa pangan yang tersedia cukup jumlahnya, merupakan elemen penting dalam peran kita untuk menghapus kelaparan dan juga kekurangan gizi.

Untuk sampai kepada kita, pangan telah melewati proses yang cukup panjang. Dimulai dari pengolahan di lahan, pemanenan, perlakuan setelah panen, penyimpanan, distribusi ke industri pengolahan ataupun langsung ke pasar, dan akhirnya perlakuan oleh kita sebagai konsumen sebelum akhirnya dikonsumsi. Oleh karena itu, kita perlu memastikan bahwa pangan yang kita konsumsi telah mengikuti standar mutu pengolahan pangan. Di Indonesia, standar pengolahan pangan diatur oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) dan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI).

Agar semua orang bisa mengakses pangan yang layak, langkah yang bisa kita lakukan adalah memastikan stabilitas pasokan pangan dengan mendukung petani kecil untuk bisa meningkatkan produktivitas hasil pertaniannya. Selain itu kita juga bisa turut ikut menyediakan makanan bergizi bagi kelompok masyarakat yang rentan, melalui bantuan ataupun sumbangan pangan dan juga program kemasyarakatan baik itu di desa maupun kota.

Diharapkan juga adanya peninjauan kembali terkait dengan masalah serta kebijakan perdagangan pangan. Sehingga nantinya dampak dari pasokan pangan bergizi yang telah dihasilkan bisa menciptakan lingkungan yang kondusif dengan pangan yang layak.

(Editor: Erizki Maulida Lubis)

Leave a comment