Hits: 45

Aisha Tania

Pijar, Medan. Hidup tidaklah kekal. Suatu saat semua orang akan mencapai ajalnya. Ajal datang di waktu yang tepat dan kurang tepat. Ada saja orang yang harus ditinggalkan pergi. Namun ada saja cara agar bisa menemani yang terkasih. Walau fisik tidak bersama, hati dan jiwa tetap bersatu seperti cinta dalam keluarga.

Tidak semua keluarga memiliki keberuntungan untuk hidup bersama dalam waktu panjang. Beberapa harus meninggalkan dunia lebih cepat seperti yang dirasakan oleh Ibu, Satya, dan Cakra. Meskipun begitu Bapak telah merencanakan semuanya agar mereka tetap dapat hidup dengan baik tanpanya.

Kisah penuh haru pada tiap lembar ini diawali dengan perpisahan yang dituang dalam buku berjudul “Sabtu Bersama Bapak” karangan Adhitya Mulya. Buku ini adalah karya kelima penulis yang bertepatan dengan 10 tahun lamanya berkarir. Buku berjumlah 278 halaman ini pertama kali dicetak pada 2014 lalu oleh penerbit Gagasmedia.

Dalam bukunya, Adhitya mengaku bahwa diperlukan 36 tahun untuk membuat cerita ini yang kemudian ditulis dalam 2 tahun. Ceritanya sendiri bermula dari timbulnya pertanyaan “what if” di benak Adhitya. Ia mencoba membayangkan bagaimana orangtua yang tidak beruntung menyaksikan proses perkembangan hidup anaknya tetap dapat bercerita sehingga buku ini pun tercipta.

Sabtu Bersama Bapak bercerita tentang sebuah keluarga sederhana, ada Bapak, Ibu, Satya, dan Cakra. Suatu ketika Bapak didiagnosa menderita kanker dan dinyatakan memiliki sisa waktu satu tahun. Meskipun begitu Bapak tidak pasrah saja, tetapi mencari cara agar hidup kedua anaknya tidak kehilangan sosok Bapak. Oleh karena itu, ia dengan bantuan istrinya membuat rekaman video menggunakan handycam yang senantiasa diputar untuk ditonton anak mereka setiap Sabtu sore setelah Bapak tiada.

Seluruh karakter tokoh digambarkan dengan jelas. Bapak digambarkan sebagai sosok yang bijaksana, penyayang, dan terencana. Ibu digambarkan sebagai sosok yang setia dan juga penyayang. Satya, anak sulung tampan dan cerdas yang berusaha untuk menjadi seorang suami dan bapak yang baik bagi keluarganya, dan Cakra si bungsu yang lumayan tampan, juga cerdas sedang berusaha mencari cinta setelah perencanaannya yang diajarkan oleh Bapak selesai. Hidup Ibu, Satya, dan Cakra senantiasa mengikuti nasihat bapak yang dipersiapkan mulai dari anak-anak SD hingga berkeluarga sekalipun.

Kata demi kata dalam kalimat ditulis sederhana, namun penuh makna seputar mencari cinta, menjalani kehidupan pernikahan, menjadi seorang bapak, serta kasih sayang Ibu dan Bapak kepada anaknya. Berlatar cerita adat Jawa membuat penulis menuliskan beberapa kata berbahasa Jawa dalam dialog yang tidak dapat selalu dimengerti. Kadang penulis menaruh catatan kaki pada halaman tertentu. Bukannya menjelaskan kata saja, tapi penulis menjawab pernyataannya sendiri yang mampu menimbulkan tawa bagi pembaca.

Kisah ini telah diproduksi menjadi film layar lebar dengan judul sama dan tayang pada 2016 lalu. Kisah yang cukup populer ini tidak salah untuk dibaca bagi kamu yang sudah menonton filmnya atau baru saja ingin berkenalan dengan kisah kini. Banyak nasihat dari Bapak yang bisa kamu maknai dalam tiap katanya dari buku ini, Sobat Pijar!

(Redaktur Tulisan: Intan Sari)

Leave a comment