Opini

Menonton Pendidikan Nasional

Pendidikan Indonesia sepertinya tidak keluar-keluar dari fase galau dan lebay, sebab bingung mau menyebut apa lagi. Rasanya negara ini tidak kekurangan praktisi pendidikan dan para profesor yang bisa memberi jalan keluar untuk perbaikan pendidikan. Ujian Nasional (UN) tiap tahun menjadi biang keresahan yang mampu membuat kita deg-degan. Kita mau ketinggalan berapa zaman lagi dari negara lain?

Advokasi Tekan Jumlah Anak Jalanan

Dia bilang begini, “Kalau anak jalanan jangan pernah cobalah. Payah, aku kapoklah, mereka cuma mau memanfaatkan kita aja. Banyak menipunya. Aku pokoknya mau bantu siapa aja yang butuh, tapi kalau anak jalanan, aku lebih baik nggak bantu.”

Binatang Anarkisme

Demonstrasi telah usai, yang tertinggal hanyalah rentetan polemik baru. Panggung politik kita riuh dengan tulisan yang bersegel pasal tempat segala titah dapat terlaksana atau tidak untuk diributkan kembali, sebagai panggung baru politisi gedung bundar untuk memerankan siapa yang lebih merakyat dan siapa yang tidak merakyat.

Gamer, Mitra atau Sekedar Lahan Jual?

Dunia gaming kini sudah semakin maju, bahkan mungkin sudah melampaui ekspektasi para pelaku gaming 20 tahun yang lalu. Grafis high definition yang begitu real, motion sensor yang sebelumnya dianggap mustahil hingga berbagai macam peripheral game canggih yang membuat game kini tidak hanya menjadi hiburan pengisi waktu luang semata namun menjadi industri yang menjanjikan.

Identitas “Kampus Pinggiran”

Sekarang ini kita boleh berbangga hati menyandang identitas sebagai kaum intelektual. Hidup dalam lingkaran penghargaan pada ilmu pengetahuan. Menjadi segelintir kelompok elit sosial dengan peran dan kedudukan yang dihormati berkat status kita sebagai anggota keluarga Universitas Sumatera Utara (USU).