Hits: 41

Alya Nuansa Putri / Reny Elyna

Pijar, Medan. Almond, karya Sohn Won-Pyung merupakan novel bertema Psikologi yang mengangkat kisah seorang anak laki-laki pengidap alexithymia. Penasaran dan tertarik untuk membaca? Simak ulasannya!

Almond bercerita mengenai Yoonjae, seorang anak laki-laki yang terlahir dengan kondisi yang disebut alexithymia. Alexithymia merupakan penyakit ketidakmampuan dalam mengungkapkan emosi. Yoonjae tidak mengenal emosi senang, sedih, perasaan iba, ataupun takut, yang menyebabkan ia dikucilkan karena dianggap aneh dan dijuluki “monster”.

Walau dalam situasi demikian, dia tetap mempertahankan kedekatan yang sangat erat dengan ibu dan neneknya yang amat menyayanginya. Ibu Yoonjae tidak pernah merasa lelah mengajarkannya tentang berbagai macam emosi yang dirasakan oleh manusia pada umumnya dan bagaimana seharusnya ia merespon saat berbicara dengan orang lain.

Hingga pada suatu malam Natal di hari ulang tahunnya, terjadi sebuah insiden yang menyebabkan nenek Yoonjae meninggal dunia, sedangkan ibunya terbaring koma dengan tingkat kesembuhan yang rendah. Hal ini menyebabkan Yoonjae terpaksa melanjutkan aktivitas hidupnya seorang diri.

Sohn Won-Pyung sang penulis, perempuan kelahiran Seoul ini mengajak pembaca untuk mengetahui lebih dalam kehidupan seorang penderita alexithymia. Alexithymia sendiri terjadi karena kurang berkembangnya rasa emosional di masa kanak-kanak pasca-gangguan stres traumatis atau bisa jadi disebabkan karena memiliki amigdala dengan ukuran lebih kecil, sehingga tidak bisa mengidentifikasikan emosi.

Awalnya, penulis menceritakan bagaimana kehidupan seorang anak yang dijuluki “monster” oleh orang sekitar karena mengidap alexithymia. Cerita ini dipenuhi dengan nuansa kekeluargaan yang hangat, menggambarkan peran penting keluarga dalam membimbing Yoonjae untuk bersosialisasi, berekspresi, dan berempati. Namun, atmosfer kehangatan itu berubah drastis di pertengahan cerita.

Setelah kehilangan seluruh anggota keluarganya, alur cerita mengungkap perjuangan Yoonjae untuk bertahan hidup di tengah kerasnya dunia. Pada akhirnya, ia bertemu dengan “monster” lain yang memiliki latar belakang berbeda.

Melalui novel Almond, penulis berhasil menggambarkan secara detail tentang suatu penyakit melalui kehidupan tokoh tanpa terkesan berlebihan. Hasilnya, pembaca dapat merasakan kedukaan dan empati yang mendalam terhadap cerita yang disajikan. Gaya penceritaannya ringan, tetapi mampu membuka sudut pandang baru terhadap masalah yang mungkin tidak dirasakan oleh semua orang.

Keunggulan novel ini terdapat pada banyaknya pelajaran hidup secara tersurat maupun tersirat yang dapat pembaca ambil. Sering kali kita menyepelekan emosi yang timbul dari dalam diri, tetapi bagaimana dengan orang yang tidak mampu mengutarakan perasaanya dalam bentuk emosi?

Setiap peristiwa yang ditampilkan menyadarkan pembaca akan pentingnya empati dan rasa bersyukur. Dengan dasar psikologis yang mendalam, penjelasan tentang penyakit tersebut berhasil memberikan wawasan yang segar dan perspektif yang baru. Hadirnya novel Almond juga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap alexithymia.

Bahasa yang digunakan mudah dipahami dan konflik yang disajikan pas, sehingga membentuk kombinasi yang sempurna untuk novel ini. Selain itu, penulis juga berhasil menggambarkan suasana Korea Selatan dengan begitu detail sebagai latar tempat cerita, memungkinkan pembaca untuk dengan mudah membayangkan setiap adegan dalam novel tersebut.

Novel Almond dapat dianggap sebagai sebuah karya fiksi yang sebagian bertema self-improvement, karena menyampaikan begitu banyak pesan yang bisa dipetik dan diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Novel ini cocok dibaca oleh siapapun terlebih bagi orang yang memiliki ketertarikan di bidang psikologis.

(Redaktur Tulisan: Hana Anggie)

Leave a comment