Hits: 141

Cindy Nathasya Silalahi / Laura Nadapdap

Pijar, Medan. Apa kamu pernah mendengar istilah “sandwich generation”? Istilah tersebut bukan berarti sebutan untuk orang-orang penyuka jenis roti berlapis, ya!

Sandwich generation awalnya diperkenalkan oleh Dorothy A. Miller, seorang profesor sekaligus direktur praktikum University Kentucky, Lexington, Amerika Serikat. Ia menerbitkan jurnal berjudul The Sandwich Generation: Adult Children of The Aging pada tahun 1981. Dikutip dari gramedia.com, fenomena generasi sandwich ini dikenal pada abad ke-20. Lalu, apakah yang dimaksud dengan sandwich generation?

Sandwich generation atau generasi sandwich merupakan suatu keadaan di mana seseorang memiliki tanggung jawab ganda untuk memenuhi segala kebutuhan tiga generasi dalam waktu bersamaan, yaitu orang tua, diri sendiri, dan anak atau adiknya. Layaknya sandwich, mereka terjepit untuk menanggung kehidupan generasi di atas maupun di bawahnya.

Berada di posisi terhimpit ini tidaklah mudah. Perasaan seperti depresi, stres, dan cemas adalah hal-hal yang sangat sering dialami para generasi sandwich ini. Mereka harus membagi fokusnya ke beberapa orang sehingga kesulitan untuk bisa memprioritaskan diri dan kehidupan sendiri.

Banyak faktor yang melatarbelakangi terjadinya fenomena ini. Namun, pada umumnnya ini terjadi karena orang tua yang tidak memiliki perencanaan finansial yang baik untuk masa tuanya sehingga akan berpotensi besar untuk membuat sang anak menjadi generasi sandwich. Kemudian, sang anak akan mengikuti jejak orang tuanya kelak dan menjadi orang tua yang tidak memiliki persiapan di hari tuanya, begitu seterusnya.

Generasi sandwich kerap disebut sebagai “kutukan” apabila kita tidak berupaya untuk memutuskan mata rantai ini. Lantas, apa saja hal yang dapat dilakukan? Pertama, belajar untuk mengelola keuangan dengan baik, seperti mengatur pendapatan dan membatasi pengeluaran. Kedua, kurangi gaya hidup konsumtif dengan membeli barang sesuai dengan kebutuhan, bukan mengikuti gengsi ataupun keinginan sesaat. Hiduplah sesuai dengan kemampuan yang kamu miliki dan tidak perlu mengikuti gaya hidup yang sedang tren di masa kini.

Ketiga, belajar untuk menabung dan berinvestasi. Menabung merupakan suatu hal yang wajib untuk dilakukan karena hidup bukan hanya untuk saat ini saja, melainkan ada masa mendatang yang tidak diketahui. Dengan memiliki tabungan dapat membuat kamu lebih siap dalam mengantisipasi kebutuhan yang tak terduga dan dapat merencanakan masa depan yang lebih baik. Selain itu, berinventasi juga perlu dilakukan agar dapat memperoleh penghasilan tambahan.

sandwich generation- mediapijar.com
Menabung untuk masa depan sebagai salah satu cara memutus mata rantai sandwich generation. (Sumber foto: blue.kumparan.com)

Keempat, memiliki dana darurat dan asuransi. Dana darurat dan asuransi inilah yang dapat digunakan dalam keadaan yang mendesak. Hal ini wajib dimiliki untuk melindungi diri dari risiko finansial yang besar seperti berhutang.

Memutuskan mata rantai generasi sandwich ini tidaklah mudah, tetapi bukan berarti mustahil untuk dilakukan. Bagi kamu yang sedang berada di posisi terhimpit ini, kamu harus menjadi generasi sandwich terakhir di keluargamu dan semoga tidak ada lagi generasi sandwich yang baru.

(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)

Leave a comment