Hits: 102
Risty Novita / Lolita Wardah
Pijar, Medan. Muhammad Rizki Fadhillah mahasiswa program studi Teknik Sipil stambuk 2016 dan Anas Alfarizi mahasiswa Ilmu Hukum stambuk 2016, merupakan salah satu kandidat Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa USU 2020. Paslon 01 ini diusung oleh tiga Kelompok Aspirasi Mahasiswa (KAM) diantaranya Madani, Perubahan, dan Bhinneka. Dua sosok tersebut terkenal dengan jargonnya yakni “USU Bersatu”.
Paslon ini memiliki 6 misi yang diantaranya adalah revitalisasi tata aksana organisasi kemahasiswaan USU. Anaz Alfarizi menjelaskan bahwa ia ingin merubah pemerintahan sebelumnya, yang bersifat stucknut dan kesannya hanya dimiliki kelompok tertentu.
“Selaras dengan yang kami bawakan di misi keempat yaitu revitalisasi, tata laksana organisasi mahasiswa kalau misalnya terpilih, itu yang akan diperbaiki dan diperbaharui supaya ada kejelasan garis koordinasi terkait dengan Pemerintahan Mahasiswa USU dan juga Pemerintahan Mahasiswa fakultas. Juga, kepemimpinan dulu tidak ada transparan terkait lembaga eksekutifnya. Transparan dalam artian keterlibatan mahasiswa/i untuk berorgansasi di pemerintahan mahasiswa itu tidak bisa mendapatkan kesempatan lebih luas, yang harusnya dapat sama-sama dirasakan apabila mereka ingin berpengalaman di Pemerintahan Mahasiswa tanpa memandang background si mahasiswa,” tegasnya Anaz.
Pemilihan Raya (Pemira) USU yang dilaksanakan pada (6/11) lalu, terpaksa ditunda. Dikarenakan adanya server yang down saat hari pelaksanaan Pemira tersebut.
Pasangan Rizki-Anas ini sangat menyayangkan ketertundaan Pemira Online kali ini. Namun sebagai peserta, mereka merasa tidak dapat sepenuhnya menyalahkan KPU sebagai penyelenggara, karena KPU juga bekerja sama dengan PSI sebagai fasilitator.
“Memang harusnya masalah sistem dilimpahkan ke PSI. Namun ketika hari-H, KPU ngotot ingin memegang operator sistem. Jadi, seperti ada miss communication yang terjadi antara KPU dan PSI. Terkait server down, itu kan tanpa kekuasaan kita sebagai manusia karena berhubungan dengan sistem. Itu yang sangat disayangkan,” ungkap Anaz.
Sekjen KAM Bhinneka, Jhon Eduardo Sibarani, menyebut bahwa kesiapan KPU dalam Pemira Online ini sangat kurang cekatan dan disiplin.
“Menurut saya yang paling fatal itu pada saat kampanye di Fakultas Kehutanan. Perwakilan KPU fakultas setelah pemaparan visi misi Paslon itu langsung leave dan nge-leave kan juga peserta. Padahal seharusnya dalam mekanisme itu, KPU Fakultas mempersilahkan setiap KAM yang pertama KAM pendukung, memberi waktu berbicara. Disitu terjadi kesalahan yang cukup fatal lah,” jelas Jhon.
Selama masa kampanye berlangsung, paslon 01 merasakan bahwa adanya tumpang-tindih KPU terhadap paslon ini. “Kalo 100% KPU itu memihak kepada paslon lain, saya tidak bisa katakan 100% nya. Namun KPU USU tidak ada koordinasi kepada KPU fakultas bahwasannya ada kampanye. Permasalahannya yang sering terjadi itu kepada kami, dan itu betul-betul saya rasakan secara pribadi begitu juga bang Rizki dan KAM pengusung. Kenapa tiba-tiba saat kampanye paslon 01 seperti tidak ada koordinasi, pesertanya lama masuk dan muncul. Dapat informasi, ternyata tidak dikabarkan kepada KPU fakultas. Akhirnya apa? Tidak tersampaikan ide dan gagasan kami yang harusnya teman-teman mahasiswa juga paham terhadap apa yang kami bawakan ini. Nah itu yang kami rasakan di lapangan,” ungkap Anaz.
Pemira online yang baru pertama kalinya diadakan dalam sejarah USU, memang sangat menarik. Seperti adanya server down yang membuat Pemira ini ditunda dan penyesuaian yang terjadi lainnya. Satu atau dua kesalahan memang tak bisa dihindari, namun hal itu dapat menjadi cermin bagi kita untuk terus memperbaiki kesalahan terhadap sistem yang ada. Dengan adanya pemira ini diharapkan kedepannya akan terpilih pemimpin-pemimpin muda yang dapat membawa nama USU lebih harum lagi.
(Editor: Erizki Maulida Lubis)