Hits: 44
Timotius Dwiki Meglona Hutabarat
Pijar, Medan. Wanita berkacamata dengan paras yang cantik ini terlihat seperti wanita pada umumnya. Namun siapa sangka, di balik keanggunannya, ia memiliki hati yang mulia dan semangat yang patut dibanggakan. Begitulah sosok Faradila Umaya Nasution, wanita muda pejuang pendidikan. Ia pendiri Biru Langit Education, sebuah komunitas yang bergerak pada pengembangan dan pelatihan pendidikan non-formal untuk anak-anak serta pemuda di Sumatera Utara, khususnya bagi mereka yang putus sekolah.
Wanita kelahiran 19 November 1997 ini akrab disapa Kak Umay. Ia telah menyelesaikan pendidikannya di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Membawa nama Indonesia ke kancah internasional menjadi alasan Kak Umay menekuni jurusan hukum. Baginya, ujung lidah negara merupakan bagian dari beliau dan apa kata mereka itu juga kata negara.
Semasa menjadi mahasiswa Hukum, Kak Umay aktif dalam mengikuti beragam kegiatan nasional hingga mancanegara. Beberapa kegiatan yang telah ia ikuti adalah National Moot Court Competition (NMCC) 2017 di Surabaya, Youth Excursion (YOUTEX) 2019 di Kuala Lumpur, Indonesia Youth Diplomacy 2017 di Jerman, United Nations Volunteering WHO, serta Consulate Citizen Services di Konsulat Jenderal Republik Indonesia Penang, Malaysia.
Setelah berhasil mengikuti berbagai forum nasional dan mancanegara, kini Kak Umay terus mengembangkan sayap impiannya, yaitu bergerak di ranah sosial. Melihat dari kacamata Kak Umay, bahwasanya masih banyak anak-anak di lingkungan sekitar yang terputus mimpinya untuk bersekolah.
Bersama salah satu temannya, Sofiatul Hardiah, mereka memulai mimpinya untuk mendirikan sebuah pusat kegiatan belajar mengajar di Sumatra Utara. Mereka mendirikan Biru Langit Education di Tembung, Deli Serdang.
Biru Langit Education berdiri pada Agustus 2018. Pusat KBM ini didirikan dengan tujuan untuk memberikan wadah bagi anak-anak dan pemuda yang putus sekolah di Sumatra Utara, khususnya daerah Tembung. Hingga saat ini, Biru Langit Education sudah mewadahi puluhan siswa yang berasal dari beragam latar belakang.
“Di sana, para siswa bukan hanya dibimbing untuk mendapatkan ijazah kesetaraan saja, namun juga dibimbing untuk dapat hidup mandiri dengan dibekali pelatihan kewirausahaan. Pada akhirnya, mereka dapat menyambung hidup yang lebih baik lagi,” tutur Kak Umay.
“Mereka mengajarkan kita untuk lebih bersyukur dengan kehidupan yang tidak semua orang bisa dapatkan,” tambahnya.
Faradila Umaya Nasution ialah sosok wanita tangguh pengubah stigma anak-anak yang putus sekolah untuk kembali mengatakan bahwa pendidikan merupakan sebuah tiket investasi bagi masa depan. Tidak lagi untuk mengatakan bahwa sekolah itu tidak penting dan hidup ini hanya sebatas uang.
Sebuah harapan dan keyakinan yang dipercaya oleh Kak Umay bahwa setiap orang itu hebat jika ada kemauan dan keinginan. “Tidak ada orang pintar jika tidak bersungguh-sungguh dan bersemangat meraih impiannya, tidak lupa disertai doa. Lingkungan dan pertemanan menjadi hal penting bagi keberhasilan setiap orang, maka tentukanlah hal yang baik untuk diri kita,” jelas beliau.
Begitulah Faradila Umaya Nasution, walaupun di usia yang masih sangat muda, beliau menjadi sosok yang dapat dijadikan teladan bagi Sobat Pijar yang masih ragu untuk menciptakan gebrakan baru untuk berbagi kebaikan.
(Editor: Rassya Priyandira)