Hits: 30
Frans Dicky Naibaho
Pijar, Medan. Pengguna media sosial di Indonesia berdasarkan hasil riset Wearesocial Hootsuite pada 2019, sudah mencapai angka 150 juta jiwa dari sekitar 268 juta jiwa populasi. Sehingga dapat diartikan bahwa sekitar 56% dari penduduk Indonesia telah terpapar oleh media baru yang satu ini. Lantas, apakah setiap pengguna media sosial di Indonesia sudah dapat dikatakan bijak dalam bermedia?
Jika dipantau dalam kurun waktu lima tahun terakhir, begitu banyak karya tulis ilmiah yang fokus membahas perihal media sosial. Mulai dari kelebihan, kekurangan, efektivitas, daya tarik, dan literasi dalam bermedia sosial disikat habis oleh para pengamat media untuk dibahas dan diteliti. Hingga para pengamat media sosial beserta psikolog mulai melihat sisi lain dari media sosial. Penggunaan media sosial yang berlebih akan berujung pada memungkinkan adanya gangguan kesehatan mental.
Candu akan media sosial justru membuat kondisi psikis penggunanya menjadi buruk. Tidak bisa dipungkiri pula bahwa media sosial merupakan media setiap orang dalam menampilkan apa yang menurutnya ideal. Perbedaan pandangan akan label ideal ini kerap kali memicu munculnnya psikis yang buruk. Mudah emosi, stres, dan agresif. Mengonsumsi media sosial berlebih akan memicu penggunanya berusaha menunjukkan sisi terbaik dalam diri, bahkan tak jarang perasaan iri muncul pada diri seseorang ketika pengguna lain tampak lebih ideal dan keren dibandingkan dirinya sendiri.
Arrundina Puspita Dewi, M.Psi., seorang psikolog klinis di biro psikologi Recoverme Medan saat diwawancarai, menyampaikan bahwa media sosial sangat berdampak pada kesehatan mental individu.
“Banyak media sosial yang dipakai sebagai ajang untuk pamer, terutama untuk mendapat pengakuan diri. Lalu ketika tidak dapat feedback yang positif seperti yang diharapkan, ini berdampak banget sama individunya. Seperti merasa kurang berharga, menganggap orang lain menilai dia buruk, dan ini akan berdampak pada tidak sehat mental individunya,” ungkap Arrundina.
Penelitian dari University of Michigan yang dilansir dari Tirto.id mengungkapkan fakta bahwa media sosial membuat penggunanya menjadi tidak percaya diri dan minim akan perasaan bahagia. Pada Agustus 2013 silam, terdapat pula studi lain dari University of Pittsburgh yang mengungkapkan bahwa para pecandu media sosial dapat mengalami depresi tiga kali lebih tinggi jika dibandingkan dengan pengguna normal. Pemakaian media sosial yang lebih dari dua jam per hari akan memungkinkan seseorang mengalami gangguan kesehatan mental.
Selain itu, gangguan dari psikis pengguna media sosial berlebih juga terjadi akibat adanya fenomena ‘pengguna pasif’ di sosial media. Pengguna pasif ini cenderung terfokus untuk melihat dan menilai sajian konten yang diposting oleh orang lain. Namun tidak hanya disitu, para pengguna pasif cenderung bergerak melakukan provokasi melalui kolom komentar dan menyampaikan pesan-pesan dengan kalimat kasar nan melukai hati. Pengguna pasif yang satu ini terkategori sebagai pecandu media sosial yang memiliki emosi negatif intensif. Ini dikenal dengan Fear of Missing Out (FOMO) atau ada ketakutan jika ketinggalan informasi.
Dilansir dari liputan6.com, terdapat dua penyakit yang bisa diderita akibat candu atas media sosial ialah Obsessive Compulsive Disorder (OCD) dan Body Dysmorphic Disorder. Dimana kedua penyakit ini akan menimbulkan rasa cemas dan khawatir berlebih pada diri si penderita.
“Hatefull message itu banyak banget. Tiga bulan terakhir aku ada menangani tiga klien tatap muka dan permasalahannya karena merasa image mereka di media sosial rusak, hingga berdampak pada kesehatan mental,” lanjut Arrundina.
Pada dasarnya, sangat penting bagi setiap pengguna media sosial untuk mengetahui bagaimana cara menggunakan media sosial dengan bijak. Hal ini bertujuan agar setiap orang memiliki pilihan tentang bagaimana gaya hidup yang sehat, artinya tetap bermedia sosial tetapi dengan positif dan seperlunya.
Media sosial sesungguhnya hanyalah ruang maya. Karena itu, jika sobat Pijar merasa penggunaan media sosial kamu selama ini tidak begitu memberi pengaruh positif, mungkin sudah saatnya kamu rehat sejenak dari media sosial.
(Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang)