Hits: 145
Salwa Salsabila/ Fatin Faiza Siregar
Pijar, Medan. Masa perkuliahan adalah masa yang penuh warna. Di masa ini setiap orang belajar untuk mencari jati diri mereka. Semua mahasiswa menyadari benar akan adanya tujuan yang harus dicapai. Tujuan inilah yang menjadi penentu jalan hidup selanjutnya.
Meskipun jalan hidup selanjutnya masih belum terbayang, akhir perjalanan perkuliahan tetap harus dirayakan dengan suka cita. Kata selamat akan selalu tersemat pada setiap insan di perayaan akhir resmi bernama sidang kelulusan.
Hadiah merupakan salah satu bentuk pengapresiasian dari orang lain kepada mahasiswa yang baru saja menyelesaikan sidang akhir. Bentuk pengapresiasian ini seringkali berupa sesuatu yang dianggap berwujud dan memiliki nominal.
Penulis melihat bahwa fenomena ini mulai marak pada awal tahun 2016, lalu mulai membudaya dan menjadi gaya hidup pada akhir tahun 2016 hingga sekarang. Menurut Salma, yang merupakan seorang wisudawati tahun 2018, budaya memberi hadiah setelah sidang akhir sudah terjadi hampir di seluruh universitas di Indonesia. Hal itu ia yakini karena melihat pola yang sama pada teman-teman media sosialnya yang berasal dari universitas lain.
Mereka kerap kali mengunggah momen-momen setelah sidang akhir yang bertabur hadiah. Ia juga memaparkan bahwa pemberian hadiah yang berupa barang-barang tersebut merupakan bentuk pengakuan orang-orang terhadap eksistensi diri dari mahasiswa tersebut. Singkatnya, popularitas atau pengaruh mahasiswa tersebut selama berkuliah berbanding lurus dengan banyaknya hadiah yang diterima.
Namun budaya ini ternyata tidak selaras dengan realitas yang terjadi di kehidupan. Banyak masyarakat yang memiliki stigma berbeda-beda mengenai hadiah setelah sidang. Sebagian dari mereka menganggap hal tersebut menjadi beban sehingga mereka menjadi enggan untuk menghadiri sidang akhir kerabat mereka.
Akibatnya, kejadian ini akan berulang terus-menerus dan menyebabkan rasa bersalah yang berkepanjangan. Mereka lupa bahwa hadiah memiliki bentuk yang berbeda. Bagian terpenting dari sebuah hadiah adalah makna yang terkandung di dalamnya. Maka selain sebuah barang, hadiah juga dapat berupa ucapan selamat, jabat tangan, maupun pelukan akrab.
Bila sebagian orang menganggap hadiah merupakan hal yang tidak terlalu penting, berbeda dengan si penerima hadiah. Menurut Aida yang merupakan alumni Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), ada rasa kesenangan tersendiri baginya ketika diberikan benda berwujud sebagai kado selamat dari teman-temannya. Namun, bukan berarti ia menuntut semua orang untuk memberikan benda berwujud sebagai hadiah kepadanya.
Ia cenderung lebih mementingkan kehadiran kerabat-kerabatnya di hari sidang akhirnya. Bentuk ucapan selamat, pelukan akrab, ataupun berbagai macam bentuk apresiasi lainnya, yang tak melulu berupa benda berwujud, juga merupakan bentuk-bentuk apresiasi yang sangat berarti.
Jadi, Sobat Pijar tidak perlu merasa terbebani dengan adanya gaya hidup hadiah setelah sidang ini ya. Silakan berikan hadiah setelah sidang sesuai versimu sendiri ya, Sob!
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)