Hits: 30

Suryani Agata Sitanggang / Star Yeheskiel Munthe

You’’ll never walk alone”

Pijar, Medan. Kutipan diatas terkenang rapi pada bagian sejarah Liverpool. Baik itu bagi salah satu tim sepakbolanya, maupun bagi kota yang berada di Inggris tersebut. Tapi lebih dari itu, tulisan ini akan secara kasar dan terus terang mengurai makna dan berakhir pada peran apa yang dimiliki dari kalimat pembuka di atas.

Sebagai makhluk sosial, sudah sewajarnya individu akan melibatkan peran individu lain dalam jalan hidupnya. Perjuangan kadang membutakan setiap orang, bahwa jalan terjal yang dilaluinya memanglah dilaluinya dengan dua kaki saja. Peran sekecil apapun akan memberi dampak pada perjalanan itu, sekalipun itu hanya sekadar ungkapan mendung.

Sekalipun manusia adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, tak bisa dipandang sebelah mata bahwa itu adalah akibat dari kesamaan pola pikir.  Sejatinya manusia memiliki pola pikir yang tak sama terhadap suatu hal, senada dengan wacana tersebut, setiap orang akhirnya bebas mendefinisikan pandangannya.

Hal tersebut selaras dengan pendapat setiap orang perihal support system. beberapa sepakat bahwa support system itu sangat penting dan positif, tapi ada juga yang beranggapan dirinya independen dan bisa berdiri sendiri tanpa adanya bantuan dan dukungan dari orang lain.

Situs Merriam Webster mendefenisikan Support System sebagai suatu jaringan yang berisikan sekelompok orang yang memberikan suatu hal kepada suatu individu baik itu aksi atau sekadar dukungan semata.

 “Dukungan memang diperlukan manusia untuk mempercepat dan memperkuat perjuangan dalam mengarungi samudera kehidupan ini” – Jiddu Krishnamurti

Support system atau peran pendukung awalnya lebih dimaknai dengan orang-orang yang mendukung kita, namun seiring dengan berjalannya waktu, dan semakin kompleksnya segala sesuatu dalam kehidupan ini, muncullah perkembangan makna dari peran pendukung.

Peran pendukung tidak basi hanya berputar tentang mereka yang mendukung. Lebih dari itu, peran pendukung berarti mereka yang berada di sisi kita, senantiasa memberi dukungan secara tulus, mendorong kita untuk tetap percaya diri, memberi motivasi dan menjadi pendengar yang baik. Bahkan, hal sepele yang sering terabaikan, seperti sebuah tepukan tangan kepada seseorang, dapat dikatakan suatu bentuk dari aktivitas peran pendukung.

 “Support system sangat penting bagiku. System ini sangat nyata terasa ketika aku berada dalam kondisi yang terpuruk, down, dan jatuh. Adanya dukungan dan satu kata semangat saja mampu menguatkanku. Terkadang, aku juga membutuhkan saran dan masukan dari orang-orang di sekitarku, ketika dihadapkan pada suatu masalah atau kondisi genting, yang pikiranku tak mampu melampauinya. Aku  menjadi lebih kuat dan semakin berusaha bangkit dari keterpurukan itu!” ujar Natasia Bangun kepada Reporter Pijar ketika diwawancara.

Permasalahan yang sering kita temukan, mengapa seseorang bisa meragukan fungsi dari sosok peran pendukung, ialah :

1. Pikiran negatif dari diri sendiri

Alam bawah sadar dalam lingkup pemikiran sering kali mengoceh lalu membuyarkan sudut pandang apabila ia dikuasai unsur negatif. Hal ini lalu selaras menyebabkan istilah over-thinking (berpikir berlebihan) berlabuh. Pada kelanjutannya perilaku ini mampu membuat seseorang meragukan semua orang.

 2. Gengsi

Gengsi bukanlah hal yang perlu dihilangkan dari diri kita. Namun gengsi yang berlebihan dapat membawa kita ke dalam jurang kegelapan. Jika pada akhirnya harapan kita tidak terpenuhi seutuhnya, setidaknya berani bercerita akan melahirkan rasa lega karena adanya sosok pendengar yang berperan ganda sebagai peran pendukung.

3. Merasa diri bisa melakukannya sendiri

Berjuang barangkali adalah kata dan makna terindah dalam hidup. Tapi setiap orang memiliki batasnya. Tak apa sesekali mengakui diri tidak bisa dan berhenti sejenak. Kemudian evaluasi diri dalam ketenangan. Lalu langkah akhir adalah mencoba lagi.

Jatuh dan Belajar

Peran pendukung lahir dan berakhir ditempat dan sosok yang sama. Ketika makhluk sosial masih memiliki definisi yang melekat tentang makna sosial tersebut, maka demikianlah penjelasan absolut bahwa peran pendukung masih ada.

Jatuh barangkali adalah hal yang menyakitkan. Tapi ada pelajaran penting dari situ, bagaimana cara bangkit berdiri. Setiap orang meiliki jalannya masing-masing. Terjal, curam, dan barangkali datar akan dialami setiap orang. Tentang bagaimana itu berubah, adalah masalah pribadi.

Peran dari istilah peran pendukung akan lebih bermakna kala jalan itu terjal atau curam. Sedikit dukungan memberi dampak besar bagi seseorang. Teoru Butterfly Effects tentu bisa dikaitkan pada pengaplikasian peran pendukung. Kecil hal yang diberikan untuk orang lain akan mampu berdampak besar bagi hidupnya.

Setiap orang terkoneksi, dan tak perlu takut untuk bercerita. Akan ada telinga yang mendengar, akan ada mulut yang berucap ‘semangat’, dan akan ada tangan yang akan merangkul.

Kamu tak seharusnya merasa sendiri. Karena kamu memang tak pernah sendiri. Kamu tak seharusnya memilih diam dan menangis dalam gelap. Karena sejatinya pasti ada yang merangkul. Kamu tak seharusnya membisu, karena ada makna filosofis dari ‘telinga diciptakan dua.”

(Redaktur Tulisan: Intan Sari)

Leave a comment