Hits: 3

Reza Andika Putra

Sutradara         : Patty Jenkins

Pemain             : Gal Gadot, Chris Pine, Danny Huston, Robin Wright, Connie Nielsen

Skenario          : Allan Heinberg

Produksi          : DC Films

Durasi              : 141 menit

Pijar, Medan. Perfilman DC kembali bangkit dengan datangnya “Wonder Woman”, cerita asal salah satu “Trinity Justice League” yang padat dengan drama penuh canda tawa serta aksi yang sangat luar biasa. Sebagai awal dari film gabungan superhero “Justice League” di akhir tahun nanti, film ini membawa DC Cinematic Universe ke tingkat yang lebih tinggi semenjak film Batman V Superman di tahun 2016 silam.

Sutradara film, Patty Jenkins membawa cerita Wonder Woman menggunakan foto Diana Prince yang berusia 100 tahun di film Batman V Superman Dawn of Justice. Foto tersebut memberikan detail dari cerita Diana sebagai putri Themyscira, keturunan dari Zeus dan ratu dari seluruh wanita Amazon.

Film ini mengambil latar di perang dunia pertama atau sering disebut “The Great War”. Latar ini merupakan inisiatif yang baru untuk cerita superhero meskipun sangat berbeda dari komiknya sendiri. Pada dasarnya, Cerita Wonder Woman adalah gabungan dari Thor dan Captain America dengan sedikit sentuhan Man Of Steel.

Saat dunia masih dipimpin oleh dewa-dewa, Zeus menciptakan manusia untuk mengisi bumi. Ares sebagai anak Zeus tidak senang dengan perilaku ayahnya dan ingin menghancurkan manusia. Seluruh dewa mati ketika melawan Ares dan tinggallah Zeus. Zeus dengan nafas terakhirnya membuat prajurit Amazon dan “God Killer” yang dititipkan kepada mereka untuk melawan Ares jika dia bangkit. Zeus memberikan Pulau Themyscira sebagai rumah bagi mereka yang diisolasi dari dunia luar.

Terlatih sebagai pejuang oleh bibinya Antiope, takdir Diana berubah drastis saat pilot Inggris Steve Trevor jatuh di laut Themyscira, secara langsung membawa perang dunia pertama ke hidup mereka. Mereka sempat bertempur melawan pasukan Jerman yang masuk ke wilayah Themyscira dan menghasilkan banyak korban yang menderita termasuk bibinya sendiri.

Dari kebanyakan film, Jerman sangat bagus menjadi orang jahat meskipun mereka belum menjadi Nazi. Di film ini, jenderal pembelot Ludendorff menggunakan senjata pemusnah massal untuk memperpanjang perang. Membuat Diana berpetualang dengan Steve yang telah menaruh harapan untuk dapat menemukan Ares dan menghentikan perang besar.

Steve Trevor berperan sebagai guide Diana di dunia luar. Keluguan Diana ketika melihat masyarakat yang memiliki kebudayaan berbeda dengannya sangat menarik untuk dilihat. Steve terpesona oleh dewi yang mempertahankan kepolosannya ketika menyaksikan secara langsung kengerian perang. Film ini menjadi lebih menarik, ketika pandangan kekanak-kanakan Diana terancam oleh realita perang dunia pertama.

Diana dibantu oleh teman-teman Steve yang bernama Sammy, Chief dan Charlie. Foto mereka berlima menjadi awal cerita seusai menyelamatkan sebuah desa kecil di daerah No Man’s Land, sebuah daerah yang bahkan tentara tidak berani untuk melintasinya.

Pada akhirnya ia berhasil menusuk mati Jenderal Ludendorff namun ternyata ia bukanlah Ares yang Diana cari. Ares adalah Sir Patrick Morgan yang selama ini membantunya dalam perjalanan. Ares mengatakan bahwa bukan dia yang menyebabkan perang tersebut, dia hanya sekedar memberikan saran untuk senjata mereka. Pada saat itu juga Diana mengetahui bahwa dirinya adalah God Killer yang diciptakan oleh Zeus dari tanah liat atau bisa dibilang anaknya dan adik dari Ares. Ares berusaha membujuk Diana namun tidak berguna, mereka malah bertengkar di tengah landasan terbang Jerman.

Meskipun kekuatan Diana sedikit dibawah Ares, Diana membangkitkan kekuatan penuhnya setelah menyaksikan pengorbanan Steve yang meledakkan dirinya bersama bom buatan Jerman. Setelah Ares kalah, prajurit di sekitar dia tersenyum seakan melupakan konflik mereka, berlawanan dengan beratnya pelajaran hidup Diana. Terinspirasi dari pengorbanan Steve Trevor, dia memutuskan untuk tinggal di dunia manusia dan melindungi mereka dari diri mereka sendiri.

Aksi dalam film ini juga tidak kalah dengan ceritanya. Perang Dunia dengan Superhero menjadi campuran yang pas seperti halnya Captain America dari kubu Marvel. Namun yang membedakannya adalah Wonder Woman sudah seperti Superman yang menerjang habis kubu Jerman layaknya bukan apa-apa. Sentuhan inilah yang membuat aksi dalam film ini sangat enak untuk dinikmati. Meskipun begitu, pertempuran terakhir antara Wonder Woman dengan Ares memakai CGI terlalu banyak sehingga terkesan biasa saja. Namun tetap saja, adegan pertempuran terakhir tersebut tetap enjoyable dan ditunggu-tunggu oleh fans komik DC.

Film Wonder Woman sangat bagus meskipun agak sedikit membosankan karena terlalu banyak drama. Namun cerita dalam film ini lebih baik daripada prequelnya. Wonder Woman arahan Patty Jenkins patut diacungi dua jempol karena mampu memenuhi harapan para penggemar komik DC. Diharapkan sequel selanjutnya yaitu “Justice League” juga lebih baik dan mampu menyaingi “The Avenger” besutan Marvel.

 

Leave a comment