Hits: 363
Nadia Lumongga Nasution
Pijar, Medan. Bulan suci Ramadan adalah bulan dimana umat muslim diwajibkan untuk menahan lapar dan haus, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari. Di siang hari, tak bisa kita pungkiri semua makanan dan minuman terlihat sangat menggoda. Lalu bagaimana bila makanan itu terbuat dari rotan? Apakah tetap terlihat menggoda?
Di Sumatera Utara, terdapat makanan khas Tapanuli Selatan, yang sangat unik dan sulit ditemukan di daerah lain. Makanan ini terbuat dari rotan yang dikenal sebagai bahan baku pembuatan meubel dan tikar. Namun bukan sembarang rotan biasa, makanan yang dikenal dengan nama ‘pakat’ ini,menggunakan rotan yang masih berusia muda sebagai bahan bakunya.
Pengolahan pakat rotan agar dapat dikonsumsi juga mudah, hanya dengan membakar pucuk rotan di atas tungku, arang atau batok kelapa sekitar lima belas menit saja. Ketika kulit pakat telah berubah menjadi gelap, maka pakat siap dikupas untuk diambil bagian dalamnya (daging) yang berwarna putih. Olahan dari pakat rotan bisa disajikan sebagai lalapan pendamping nasi, yang biasanya dipadukan dengan beragam sambal. Menu-menu andalan lainnya seperti gulai ikan salai, anyang sayur, atau bisa juga menjadi teman saat memakan lemang.
Selain disajikan dengan potongan kecil-kecil dan ditemani dengan bumbu, yang unik dari pakat rotan biasanya hanya bisa dijumpai di bulan suci Ramadhan. Seolah sudah menjadi tradisi, penjual pakat rotan seakan tiba-tiba muncul saat Ramadhan. Seperti di kawasan Jalan Letda Sudjono yang selalu dibanjiri penjual pakat rotan ketika memasuki bulan Ramadhan dan akan menghilang setelah memasuki Idul Fitri.
“Di bulan puasa, sangat menguntungkan berjualan pakat,” ujar Ismail, salah satu pedagang pakat rotan. Bagaimana tidak, ketika bulan puas apak Ismail bisa menjual 200-500 batang rotan dalam sehari. Harga pakat yang ekonomis, yaitu Rp10.000 untuk 3 batang rotan, membuat banyak penikmatnya memburu makanan ini. Ditambah lagi, sudah menjadi kebiasaan bagi warga Medan apalagi yang bersuku mandailing untuk menyantap makanan ini di bulan Ramadhan.
Sajian unik ini dianggap sebagai penambah selera makan di kalangan penggemarnya. Jika seseorang hanya melihat dari bentuk makanan khas mandailing ini, mungkin akan bingung bagaimana bisa daging rotan menjadi penambah selera makan seseorang. “Rasa pahit-pahit manis yang ada di pakat inilah yang buat orang mandailing khususnya selera makan di bulan puasa,” tambah Ismail.
Sebagai penikmat, Fifi (47) mengaku pakat rotan sangat meningkatkan nafsu makannya. “Rasanya unik dan memang membuat selera makan. Akan lebih sedap lagi kalau disadingkan dengan sambal sehingga terasa pedas,” ungkap Fifi.
Berbeda dengan Rima (18), baginya pakat rotan sama sekali tidak mengunggah selera makan. Tahun ini merupakan tahun pertama bagi Rima mencicipi pakat rotan. Menurutnya, rasa dari pakat rotan cenderung pahit dan kelat. Remaja seusia Rima umumnya memang kurang mengandrungi sajian khas Tapanuli Selatan ini.
Tak hanya unik, namun makanan ini juga penuh akan manfaat. Pakat rotan sendiri merupakan tumbuhan herbal yang sejenis dengan rebung (bambu muda). Kandungan kalium yang terdapat pada rebung dipercaya dapat mengurangi resiko penyakit stroke.Seperti yang dilangsir pada deherba.com, di dalam Rebung terdapat banyak kandungan senyawa mulai dari air (paling banyak sampai 91%), thiamin, protein, lemak, karbohidrat, vitamin A, vitamin C, kalium, fosfor, besi, dan lainnya.Kandungan protein, karbohidrat, dan lemak tidaklah berbeda jauh jika dibandingkan dengan sayuran lainnya. Begitu juga dengan kandungan kalium yang cukup tinggi yakni 533 mg per 10 gramnya.Makanan yang kaya akan kalium, minimal 400 mg, sangat bermanfaat untuk mengurangi resiko stroke. Penderita stroke seringkali didapati mengalami defisiensi mineral ini.
Selain mengurangi resiko stroke, pakat rotan juga dipercaya bisa menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti malaria, kencing manis, darah tinggi dan sebagai obat perangsang penambah nafsu makan. Nah sebelum bulan Ramadhan berakhir, yuk kita santap semangkuk makanan khas Tapanuli Selatan ini.