Hits: 11
Rifa Alya
Pijar, Medan. Fernanda Edianto, mahasiswa yang akrab disapa Nanda ini sudah berlatih karate semenjak dirinya masih duduk dikelas 2 Sekolah Dasar. Awalnya ia mengikuti karate hanya sebagai alat untuk membela diri. Namun seiring berjalannya waktu kegigihan dan ketekunannya dalam berlatih berhasil membawa kesuksesan untuknya di usia muda. Tidak hanya kejuaraan nasional, kancah internasional pun pernah dijajakinya.
Pada tahun 2009, Fernanda yang masih sangat belia harus berangkat ke Bandar Lampung karena berhasil lolos ke tahap seleksi Kejuaraan Nasional Piala Menteri Dalam Negeri, kerja kerasnya terbayar dengan membawa pulang piala runner up. Ia juga menjadi salah seorang yang berhasil menyabet medali emas selama dua tahun berturut-turut. Lawannya saat itu berasal dari berbagai negara seperti Thailand, Malaysia bahkan Inggris pun pernah ditaklukkan oleh timnya.
“Prestasi ini bukan hanya karena kemampuan saya, melainkan dukungan dari banyak pihak,” ujar remaja 18 tahun ini. Dukungan orangtua juga disebutnya sebagai salah satu faktor terbesar keberhasilannya selama ini.
Menjadi seorang atlet tentu menuntut dirinya untuk membagi waktu dengan baik antara karate dan pendidikan. Namun, padatnya jadwal tidak membuat Fernanda menjadi lalai akan sekolahnya. Semenjak duduk di Sekolah Dasar, ia selalu menempati posisi 10 besar dikelas. Ia pun dikenal aktif di berbagai organisasi sekolah bahkan setelah duduk di bangku kuliah pun ia dikenal sebagai seorang anak yang aktif dikelas. Baginya, pendidikan tetap menjadi hal yang nomor satu.
Tahun 2016, ia dan timnya harus dikarantina dan masuk asrama selama hampir 2 bulan untuk persiapan menuju Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-19 di Bandung.
“Kalau mendekati hari perlombaan itu yang jadwal latihannya padat. Satu hari ada tiga sesi latihan, jam setengah 6 pagi, jam 10 pagi, kemudian jam 4 sore. Apalagi waktu persiapan PON kemarin, latihan dilaksanakan ketika saya menjalankan ibadah puasa, jadi beban yang ditanggung lebih berat dari biasanya,” ujarnya.
Dibalik kesuksesannya Fernanda juga mengaku sering iri dengan teman-temannya yang bisa menikmati masa muda dengan bermain, nongkrong sepulang sekolah dengan teman teman, dan hal-hal yang dilakukan layaknya anak seusianya. Sedangkan ia harus berkutit dengan persiapan menuju perlombaan demi perlombaan setiap harinya, dari pagi hingga malam. Rindu yang terkadang dirasakannya saat harus pergi keluar kota bahkan negeri, serta jauh dari keluarga, juga menjadi salah satu kesedihan yang harus ditanggung. Akan tetapi, “Tidak ada usaha yang mengkhianati hasil,” begitulah kata kebanyakan orang yang sering kita dengar.
Baginya, tidak ada penyesalan sama sekali akan langkah yang sudah diambil. “Yang penting bisa buat orangtua bangga, itu saja sudah cukup,” tambahnya.
Hingga kini Fernanda masih sibuk dengan kegiatan karatenya, salah satu murid terbaik Ikatan Karate-do Nasional (INKANAS) dan kandidat Mahasiwa Berprestasi USU ini sedang mempersiapkan diri untuk perlombaan mewakili universitasnya dan melawan universitas- universitas yang ada di indonesia di kota Surakarta.
Dari mulai perlombaan antar sekolah, hingga meraih perunggu di Pekan Olahraga Nasional telah dicapai olehnya. Semoga ketekunan, niat, dan keikhlasan akan kerja kerasnya tetap membuahkan hasil sesuai dengan yang ia cita-citakan.