Hits: 31

Dira Claudia Bahroeny / Meylinda Pangestika Gunawan

Pijar, Medan. Siapa yang tidak mengenal Awkarin? Sosok kontroversial di dunia maya yang selalu menjadi perbincangan khalayak. Karin Novilda Sulaiman, atau yang lebih akrab dengan panggilan Awkarin. Merupakan selebgram kelahiran Jakarta, 29 November 1997. Populer dengan citra awal yang buruk, Karin berusaha mengubahnya dan voila! Secara perlahan ia berhasil mengubah citra buruknya di masyarakat menjadi lebih baik melalui unggahan yang bermanfaat di akun media sosialnya.

Perubahan yang terjadi pada diri Karin bermula sejak tanggal 22 Oktober 2018, di mana ia mengunggah sebuah video berjudul “I Quit Instagram” melalui kanal YouTube-nya. Pada video tersebut, terkuak sebuah fakta bahwa image buruknya selama ini merupakan sesuatu yang sengaja dibentuk oleh management lamanya. Dengan keluarnya Karin dari management tersebut, lahirlah Karin baru dengan karakter aslinya.

Karin memang sudah aktif berselancar di media sosial sejak beberapa tahun yang lalu, dapat dikatakan bahwa dia salah satu yang berhasil mendapatkan pundi-pundi rupiah melalui media sosial. Ia pun menggunakan platform YouTube sebagai wadah karya-karyanya, seperti vlog yang mencapai lebih dari 1.000.000 views dan podcast yang berkisar 800.000 views. Di antara banyaknya komentar-komentar negatif, tidak sedikit yang berani menunjukkan apresiasinya terhadap karya Karin melalui kolom komentar.

Tidak hanya sebagai content creator dan influencer, pelantun lagu Candu tersebut juga terjun langsung ke masyarakat sebagai seorang aktivis. Salah satunya saat ia memutuskan untuk turun ke jalan dengan membagikan 3.000 nasi kotak kepada mahasiswa yang melakukan aksi ‘Reformasi Dikorupsi’ pada September 2019 lalu. Selain itu, ia juga turut serta dalam upaya memadamkan kebakaran hutan di Kalimantan, dan banyak aktivitas sosial lainnya yang dilakukan oleh Karin.

Bersama ketiga temannya, Karin berhasil membentuk sebuah organisasi non-profit bernama Maju Foundation yang bertujuan untuk membantu masyarakat agar dapat tumbuh dengan lebih pintar, lebih sehat, dan lebih kuat. Pada tanggal 26 Juni 2020 lalu, mereka telah melaksanakan kegiatan pertama mereka yang berlokasi di Kampung Janda, tepatnya di Desa Ciseeng, Bogor. Di desa ini terdapat lebih dari puluhan lansia janda yang sudah tidak bekerja, sehingga tidak memiliki penghasilan untuk kebutuhannya sehari-hari.

“Yang penting itu bukan validasi dari orang lain tentang niat baik kita, tetapi aktualisasi kemanusiaan yang ada di diri kita yang paling penting. Jangan pernah lelah untuk buat kebaikan. Justru mereka yang tidak pernah percaya dan mencela, harus kita gandeng bersama untuk melakukan kebaikan bersama,” tulis Karin di salah satu caption fotonya di Instagram.

Bisa dikatakan bahwa penghasilan terbesar Karin berasal dari Instagram dengan melakukan endorsement. Selain memanfaatkan platform ini sebagai sumber penghasilan, ia juga memanfaatkannya untuk berbagi pesan-pesan informatif dan edukatif yang bermanfaat dalam menunjang aktivitas sehari-hari. Ia pun menyalurkannya melalui akun Instagram novilda.id yang didirikan pada tahun 2020.

Tidak cukup hanya menjadi selebgram, Karin juga memberanikan dirinya untuk terjun di dunia bisnis. Hingga saat ini, sudah banyak usaha yang ia bangun dan mendapati antusias yang besar dari masyarakat. Seperi Bad Influence by Awkarin, yang merupakan clothing line miliknya yang menjual sweater dengan desain yang kekinian. Ia juga mendirikan A Team Management yang fokus untuk mencari talenta-talenta baru yang berbakat untuk menjadi selebgram. Hingga bisnis terakhirnya ialah merilis produk liquid ‘Candu’ untuk pengguna vape atau pod.

Di usia Karin yang masih terbilang muda, ia sudah berhasil menciptakan lapangan kerja untuk banyak orang. Perlahan Citra buruk dirinya yang dulu pun hilang, tergantikan dengan prestasi-prestasinya selama ini. Banyak juga yang menjadikan seorang Karin Novilda sebagai role mode dalam hidupnya.

Karin menunujukkan bahwa pandangan negatif orang-orang dapat menjadi semangat dalam hidup kita untuk meraih hidup yang lebih bagus. Selalu ada positif dalam negatif. Tidak semua negatif itu murni negatif. Karena akan ada selalu positif yang melengkapi negatif.

(Editor: Rassya Priyandira)

Leave a comment