Lahirkan Nasionalisme dengan Mengunjungi Museum Perjuangan’45 TNI

Hits: 22

Pijar, Medan. Indonesia merupakan negara dengan sejarah kemerdekaan yang panjang. Setelah berabad-abad dibelenggu oleh penjajahan, akhirnya Indonesia berhasil merdeka tepat pada tanggal 17 agustus 1945. Tentunya kemerdekaan ini tidak digapai begitu saja, banyak pahlawan  yang gugur demi merebut kemerdekaan Indonesia. Saat itu merdeka adalah mutlak bagi mereka “merdeka atau mati”. Semangat juang para pahlawan ini sudah seharusnya diwariskan kepada penerus bangsa.

Namun, sayangnya banyak generasi penerus yang lupa akan sejarah perjalanan bangsa ini. Padahal bangsa yang besar adalah bangsa yang mengenal sejarahnya. Salah satu upaya dalam mengenal sejarah bangsa yakni dengan mengunjungi museum- museum yang mendokumentasikan perjalanan suatu bangsa seperti Museum Perjuangan’45 TNI.

Di kota Medan terdapat satu museum perjuangan TNI yang berlokasi di Jalan KH Zainul Arifin no 8 Medan. Museum ini berada langsung dibawah pengawasan TNI Pangdam 1 Bukit Barisan yang dikoordinatori oleh Bapak TNI Mayor Inf Masrizal beserta sembilan petugas lainnya.

Salah satu koleksi milik Museum Perjuangan TNI ’45. Sumber : http://www.hariansumutpos.com/2011/03/2136/museum-perjuangan-tni

Museum perjuangan ini diresmikan pada tgl 21 juni 1971 oleh Pangdam 2 Bukit Barisan  (kini disebut pangdam 1) saat itu yakni Brigjen TNI Leo Lepolisa.  Gedungnya sendiri sudah banyak beralih fungsi, pada awalnya  bangunan ini dibangun pada  tahun 1928, sebagai kantor perusahaan asuransi Belanda NV Levensverzekering Mattschappij Arhnehen. Kemudian saat pendudukan Jepang gedung dipakai sebagai markas Kementai Jepang. Pada awal kemerdekaan,  yakni dari tahun 1945 sampai 1950 gedung ini digunakan sebagai markas sekutu kemudian dari tahun 1950 hingga tahun 1959 beralih fungsi kembali, menjadi markas komando teretorium 1 atau kantor Pangdam . Pada tahun,  1959 sampai 1971  gedung ini digunakan sebagai kantor Koangdam (Komando Angkutan Kodam 2 Bukit Barisan) kemudian pada tahun 1971 digunakan sebagai gedung Jarahdam (kantor sejarah kodam) sekaligus sebagai museum perjuangan TNI Bukit Barisan.

Museum ini memiliki koleksi sebanyak 86 pucuk senjata,  20 jenis lambang-lambang, 146 alat perlengkapan seperti perlengkapan kesehatan, alat perhubungan sebanyak 1 unit, serta 169 koleksi lainnya seperti lukisan. Koleksi unggulannya yaitu SMR (Renjata Mesin Ringan)  Medzen No 1463 buatan Swedia, Brengun MK-1  No.K-4057 buatan Inggris, Laras Meriam Kanon/Tank No.52170 buatan USA, SMB ( Senjata Mesin Berat) No. 6888, dan senjata Pelontar SP Bazoka 5 Inchi M20 A1 B1, No.7140681. Kebanyakan koleksi-koleksi yang dimiliki oleh museum ini  merupakan hasil rampasan dari penjajah.

Koleksi unggulannya dari museum ini, yaitu SMR (Renjata Mesin Ringan) Medzen No 1463 buatan Swedia, Brengun MK-1 No.K-4057 buatan Inggris, Laras Meriam Kanon/Tank No.52170 buatan USA, dll. Sumber Foto : http://medan.panduanwisata.com/wisata-sejarah-dan-pendidikan/memuliakan-sejarah-dengan-mengunjungi-museum-perjuangan-tni-medan/

Untuk memperkenalkan museum ini kepada masyarakat, pihak museum telah melakukan serangkaian kegiatan sosialisasi yakni dengan mengadakan perlombaan olahraga  antarkodam yang dapat dinikmati untuk umum dengan tujuan memperkenalkan museum. Usaha lainnya yaitu dengan mengirimkan surat ke sekolah-sekolah agar pihak sekolah tertarik untuk mengunjungi museum perjuangan ini sebagai salah satu usaha pengenalan sejarah kepada murid-muridnya. Menurut bapak Masrizal selaku koordinator Museum, peran sekolah sangat penting dalam memperkenalkan museum. “Intinya difokuskan kepada dunia pendidikan dengan memperkenalkan kepada anak-anak yang baru tumbuh seperti memberikan jam tambahan mengenai sejarah serta menghimbau untuk berkunjung dan hal ini harus dimulai dari dini,” ungkapnya. Selain itu, salah satu usaha untuk menarik pengunjung yakni dengan selalu membenahi museum  agar terlihat bersih dan rapi.

Museum ini dibuka untuk umum dari hari Senin sampai Kamis pukul 07.00 WIB sampai 15.30 WIB, tanpa adanya pemungutan biaya. Namun pengunjung dapat memberikan sumbangan yang bersifat sukarela yang nantinya akan digunakan untuk membantu mendanai biaya perawatan dan pemeliharaan museum ini.

Sayangnya, dibandingkan dengan museum yang terdapat di negara maju,museum di Indonesia seperti ini sudah sangat tertinggal. Menurut Bapak Masrizal, hal ini terjadi karena keterbatasan dana sehingga dari segi teknologi museum ini sudah jauh ketinnggalan serta kurangnya upaya dalam pengembangan SDM. “Kalau diluar negeri museumnya sudah menyediakan sarana audio-visual berupa film namun sayangnya kita belum menyediakan itu hal ini karena adanya hambatan dana, hambatan lainnya yaitu kurangnya pelatihan SDM untuk pengelolaan museum,” tuturnya. [UK/AM/YI]

Leave a comment