Hits: 159
Ummul Khaira
Bukittinggi merupakan salah satu kota yang terletak di sebelah utara provinsi Sumatera Barat. Selain menawarkan panorama alam yang indah dengan hamparan bukit dan pegunungan, kota kedua terbesar di Sumatera Barat ini juga memiliki banyak peninggalan sejarah. Banyaknya destinasi pariwisata, membuat Kota Bukittinggi di juluki sebagai “Kota Pariwisata”. Selain itu, beberapa tempat pariwisata di kota yang beriklim sejuk ini berada dalam satu kawasan sehingga memungkinkan anda untuk berkunjung ke beberapa tempat dalam satu waktu. Berikut destinasi pariwisata di kota Bukittinggi yang sayang untuk anda lewatkan.
Jam Gadang, jam yang dalam bahasa Indonesia berarti “jam besar” ini merupakan simbol kota Bukittingi yang berada tepat di jantung kota. Dari atas menara Jam Gadang anda bisa menikmati indahnya panorama alam kota Bukittinggi. Jam yang dibangun sejak zaman penjajahan Belanda ini memiliki beberapa keunikan yaitu angka empat romawinya yang terdiri dari empat garis lurus serta pengoperasiannya secara mekanik oleh mesin yang dibuat hanya dua unit di dunia.
Selain itu, jam ini dibangun tanpa menggunakan besi penyangga atau semen tetapi dengan campuran kapur, putih telur dan pasir putih. Sejak dibangun pada tahun 1926 menara Jam Gadang telah mengalami beberapa perubahan. Awal didirikan atap pada Jam Gadang berbentuk bulat dengan patung ayam jantan menghadap ke arah timur di atasnya. Kemudian pada masa Jepang diubah menjadi pagoda. Terakhir setelah Indonesia merdeka, atap pada Jam Gadang diubah menjadi bentuk gonjong hingga sekarang. Disekeliling Jam Gadang terdapat taman yang disediakan pemerintahan kota Bukittinggi untuk para pengunjung.
Istana Bung Hatta, merupakan salah satu destinasi pariwisata yang hanya berjarak beberapa langkah dari jam gadang, tepat berada di depan taman jam gadang. Gedung ini dinamai Istana Bung Hatta dikarenakan untuk mengenang jasa Muhammad Hatta sebagai proklamator Indonesia.
Pada tahun 1946 gedung ini dijadikan sebagai Istana Wakil Presiden Republik Indonesia yakni Drs. Mohammad Hatta dan pada 1947 gedung ini dijadikan sebagai Pusat Pemerintahan Darurat Republik Indonesia. Sekarang gedung ini digunakan sebagai tempat seminar, lokakarya dan pertemuan tingkat nasional dan regional serta sebagai rumah tamu negara disaat berkunjung ke Bukittinggi. Arsitektur bangunan ini berciri kolonial, dengan kamar-kamar yang luas,berjumlah 12 kamar.
Panorama dan Lubang Japang,
Lubang Japang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai lobang Jepang. Lubang japang berlokasi tidak jauh dari Jam gadang dan berada didalam kawasan Panorama. Untuk dapat memasuki lubang Japang anda harus terlebih dahulu masuk kawasan Panorama yang disediakan pemerintahan Bukittinggi untuk menikmati pemandangan tebing Ngarai Sianok, didalamnya juga terdapat taman cantik yang tertata rapi. Anda hanya perlu membeli tiket seharga tiga ribu rupiah untuk memasuki kawasan Panorama dan seharga enam ribu rupiah untuk memasuki Lubang Japang. Awalnya Lubang Japang dibangun untuk menyimpan bekal dan peralatan tentara Jepang dengan lebar 2 m dan panjang terowongan sekitar 1400 m. Didalamnya juga terdapat banyak ruangan seperti kantin, dapur, penjara, ruang pengintaian bahkan ruangan teater. Bangunan lubang Japang sangat kuat terbukti dengan bertahannya gua ini dari serangkain gempa yang terjadi di Sumatera Barat.
Ngarai Sianok, merupakan lembah dengan gugusan tebing yang berada tepat dibawah kawasan Panorama. Selain gugusan tebing Ngarai Sianok juga dipercantik dengan hamparan sungai yang mengalir di bawahnya.
Sungai ini disebut dengan Batang Sianok yang berarti “sungai yang jernih” sedangkan lembah sendiri dalam bahasa Minang disebut ngarai oleh karena itu kawasan pariwisata ini dinamai Ngarai Sianok. Disepanjang aliran sungai terdapat tempat peristirahatan yang disediakan bagi para pengunjung yang ingin menikmati gugusan tebing ngarai. Kedalamam jurang Ngarai Sianok mencapai 100 m dengan panjang sekitar 15 km dan lebar sekitar 200 m.
Janjang Saribu Koto Gadang, merupakan objek wisata yang dilatarbelakangi sebagai perbaikan janjangsaribu. Berada diantara jalan Panorama menuju Ngarai Sianok. Bentuk janjang Saribu Koto Gadang ini menyerupai tembok Cina . Oleh karena itu banyak yang menyebutnya sebagai tembok Cinanya Bukittingi. Janjang ini memiliki memiliki lebar 2 meter. Pada sisi kiri dan kanan Janjang sepanjang 780 meter ini dibangun pagar beton setinggi 1 meter. Janjang ini dilengkapi dengan jembatan layang yeng berada tepat ditengahnya. Janjang dalam bahasa Indonesia berarti tangga sedangkan Koto Gadang merupakan salah satu nama daerah yang berada di kabupaten Agam.
Janjang ini menghubungi antara kawasan Ngarai Sianok dengan daerah Koto Gadang, oleh karena itu dinamai Janjang Saribu koto Gadang. Namun walaupun dinamai janjang saribu Koto Gadang, jumlah anak tangganya tidak mencapai seribu hanya ratusan. Pembangunan Janjang ini merupakan ide Menkominfo Tifatul Sembiring, yang juga merupakan putra asli Kota Bukittinggi, dana pembangunannya murni berasal dari Tifatul Sembiring serta beberapa pengusaha di Jakarta.
Rumah Bung Hatta, terakhir tempat pariwisata yang harus anda kunjungi yaitu rumah Bung Hatta yang berokasi di Jl. Soekarno-Hatta No 37, Kecamatan Guguh Panjang, Kota Bukittinggi . Rumah tempat kelahiran Bung Hatta ini masih terjaga dan tersusun rapi dengan berbagai foto keluarga yang menghiasi dinding rumah . Rumah kayu sederhana ini diperkirakan berdiri pada tahun 1860-an. Rumah Bung Hatta terdiri dari dua lantai, tepat dibelakang rumah juga terdapat rumah panggung yang digunakan sebagai tempat peristirahatan. Perabotan seperti kursi ataupun barang antik lainnya masih terjaga.
Begitu banyak tempat pariwisata yang terdapat dikota Bukittinggi mulai dari Jam Gadang hingga rumah Bung Hatta. Oleh karena itu, tidak ada salahnya bagi anda untuk menjadikan kota Bukittinggi sebagai salah satu destinasi pariwisata. Selain memiliki panorama alam yang mempesona kota ini juga tinggi akan nilai sejarahnya.
