Hits: 29
Tahara Amelia Pratiwi
Pijar, Medan. Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) resmi meluncurkan 23 program kemahasiswaan tahun 2025 lewat akun Instagram @kemahasiswaan.dikti.
Namun, program unggulan Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) justru tidak tercantum dalam daftar tersebut. Ketiadaan ini menimbulkan tanda tanya di kalangan mahasiswa yang selama ini antusias mengikuti program itu.
Berbeda dengan Magang dan Studi Independen Bersertifikat (MSIB) yang kini berganti nama menjadi Magang Berdampak, serta Indonesian International Student Mobility Awards (IISMA) yang pengelolaannya dialihkan ke masing-masing kampus, PMM sama sekali tidak muncul tanpa penjelasan resmi dari pihak terkait.
Mahatir Muhammad, Manajer Direktur Pengembangan Pendidikan Universitas Sumatera Utara (Dir PP USU), menyampaikan kekhawatirannya terhadap program PMM yang tidak terdaftar di tahun 2025 ini.
Mahatir mengatakan bahwa saat ini belum ada keterangan resmi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) jika program PMM benar-benar dihapuskan. Ia juga menjelaskan jika program ini memiliki kemungkinan untuk tetap dilanjutkan dengan kebijakan baru, yaitu diberikan pengelolaan sepenuhnya kepada universitas masing-masing, mengingat minat mahasiswa yang cukup besar terhadap program ini.
“Untuk saat ini, belum ada keterangan resmi dari Kementerian terkait PMM ini dihapuskan atau tetap dilanjutkan dengan kebijakan yang berbeda. Jika memang nantinya ada kebijakan tentang pengelolaan program PMM ini dialihkan kepada masing-masing universitas sepenuhnya, tidak bisa dipastikan bahwa program ini akan langsung dijalankan kembali, mengingat program ini membutuhkan persiapan yang matang dan anggaran yang cukup besar untuk mengirimkan mahasiswa inbond ke universitas lain,” jelasnya.
Syabila Aulia, mahasiswi Fakultas Kesehatan Masyarakat USU, menyatakan rasa kekecewaannya terhadap hilangnya program PMM 2025.
“Pertama kali saya melihat informasinya, saya merasa sedih dan cukup kaget karena saya dan banyak mahasiswa lain berharap bisa mendapatkan kesempatan untuk mengikuti PMM pada tahun ini. Tetapi, ternyata program tersebut tidak ada dalam daftar program kemahasiswaan 2025,” ucapnya.
Ungkapan kekecewaan juga turut dirasakan oleh Jihan Kayla, mahasiswi Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya USU yang berkesempatan menjadi mahasiswa PMM ke Universitas Padjajaran periode empat yang lalu.
“Secara pribadi, saya juga merasa kecewa karena program PMM tidak terdaftar lagi. Menurut saya, program ini memiliki banyak manfaat positif, tidak hanya bertukar ilmu, tetapi juga sangat membantu mahasiswa dalam meningkatkan pengetahuan tentang budaya, dan adat istiadat yang ada di Indonesia, serta hubungan relasi antarmahasiswa yang akan menguntungkan di kemudian hari. Oleh karena itu, sangat disayangkan jika program ini ditiadakan oleh Kemendikbud,” ungkapnya.
Dir PP USU menjelaskan bahwai USU sudah menjalankan program-program kemahasiswaan sendiri, dan dapat menjadi alternatif bagi mahasiswa yang ingin mendapatkan pengalaman belajar di luar kampus selain program PMM.
(Redaktur Tulisan: Kelly Kidman Salim)