Hits: 18
Yudika Phareta Simorangkir / Salsabila Sagala
Pijar, Medan. Meningkatnya volume sampah plastik di lingkungan kampus akhir-akhir ini mencuri perhatian. Pasalnya, beberapa pekan belakangan ini, Universitas Sumatera Utara (USU) disuguhi oleh banyaknya kegiatan kampus yang disertai bazar makanan dan berlangsung dalam jangka waktu yang terbilang cukup panjang. Event-event tersebut diselenggarakan oleh berbagai program studi dari beragam fakultas pula.
Tidak jarang, setelah acara usai didapati banyak sampah terutama sampah plastik yang bertebaran di halaman fakultas dan di sekitar tenda makanan. Padatnya jumlah mahasiswa yang mengunjungi dan turut membeli makanan di bazar, mengakibatkan kurangnya perhatian mahasiswa dalam menjaga kebersihan lingkungan.
Selain merusak pemandangan, sampah yang dibuang tidak pada tempatnya dapat berdampak buruk apabila tidak dibersihkan sesegera mungkin. Terlebih lagi sampah plastik yang sulit terurai. Akibatnya, cleaning service fakultas terkena imbas dan harus bekerja lebih ekstra.
USU yang mencitrakan dirinya sebagai Green Campus seharusnya menjadi tempat belajar ramah lingkungan yang didukung oleh perilaku mahasiswanya dalam proses pengelolaan sampah. Melihat sikap mahasiswa yang masih kurang memiliki kesadaran menjadi tantangan bagi pihak kampus, juga mahasiswa sendiri.
Sophie Callista Wirawan, mahasiswa Ilmu Komunikasi USU, menyatakan pendapatnya mengenai hal tersebut.
“Menurut pandangan saya, sampah plastik yang bertebaran di sekitar kampus ketika ada bazar dapat mencemari lingkungan. Sebagai mahasiswa, seharusnya memiliki kesadaran dan merupakan tanggung jawab bersama dalam menjaga kebersihan lingkungan,” ucapnya.
Selain itu, beliau juga berpendapat bahwa kurang mumpuninya penyediaan tempat sampah, terutama ketika diadakan event atau bazar dinilai menjadi salah satu faktor penyebab sampah terpaksa tidak dibuang pada tempatnya.
“Kurang memadainya tempat sampah yang disediakan juga menjadi penyebab sampah plastik bertebaran di mana-mana, karena terkadang tempat sampah yang ada penuh jadi memaksa orang untuk membuang sampah di sembarang tempat,” ujar Sophie.
Agar tidak memperparah isu lingkungan, hal ini perlu ditindaklanjuti. Dukungan penuh dari pihak kampus sangat dibutuhkan agar mahasiswa kembali membangkitkan etika dalam menjaga lingkungan belajar bersama. Salah satunya dengan memfasilitasi lebih banyak tempat sampah di lingkungan kampus.
Mahasiswa Ilmu Komunikasi lainnya, Celine Chandra, menyarankan agar kampus melakukan imbauan lebih lagi sebagai pengingat pentingnya menjaga kebersihan lingkungan.
“Bisa dimulai dengan menumbuhkan kesadaran dalam diri sendiri, menggunakan kemasan re-useable, menambah jumlah tempat sampah di sudut ruangan, menghimbau cleaning service untuk segera mengosongkan tempat sampah yang penuh, dan menghimbau untuk tidak membuang sampah sembarangan untuk mencegah pencemaran lingkungan,” usul Celine.
Melalui langkah kecil disertai dukungan dari elemen kampus, kesadaran lingkungan diharapkan semakin meningkat. Langkah nyata menuju kampus bebas sampah plastik bukan lagi sekadar impian, tetapi tujuan yang bisa kita capai bersama.
(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)