Hits: 70
Suryani Agata Sitanggang / Frans Dicky Naibaho
Pijar, Medan. Dentuman gendang terdengar bersamaan dengan dendang musik melayu yang bertalu-talu, tanda bahwa Gelar Melayu Serumpun (Gemes) 2019 akan kembali meramaikan Istana Maimun. Pagelaran budaya melayu bertaraf Internasional yang digarap oleh Dinas Pariwisata Kota Medan ini berlangsung sejak Jumat (1/11) hingga Minggu (3/11) dengan mengusung tema ‘Sunatan’.
Gemes 2019 dibuka dengan tarian kolosal yang terdiri dari 150 penari kota Medan, 60 di antaranya merupakan penari cilik. Dilanjutkan dengan pertunjukan tari melayu yang berasal dari berbagai daerah, serta diselingi oleh penampilan dari artis-artis dangdut ternama yang menambah kemeriahan kegiatan akbar ini. Deswa, Ayu, Alibi, Intan Baiduri, para pemenang D’Academy, serta Lusi KDI menambah kemeriahan Gelar Melayu Serumpun 2019 tersebut.
Rintik hujan turun bertepatan dengan dibukanya acara Gemes 2019 hari ke tiga. Meskipun cuaca sedang tidak bersahabat, namun semangat para penikmat budaya tidak ikut luntur.
Kemeriahan tetap terasa pada acara penutupan Gemes 2019, terlebih ketika para pengunjung menyaksikan penampilan tarian melayu dari kontingen Malaysia, Brunei Darussalam, Thailand, Singapura, dan Korea.
Tak kalah menarik, para penari dari berbagai wilayah di Indonesia, seperti Yogyakarta, Jawa Barat, Sumatera Barat, Lampung, Riau, Bengkulu, Aceh, Jambi, serta dari Kabupaten/kota di Sumatera Utara pun menambah kemegahan dari Gemes 2019.
Antusias masyarakat Kota Medan pun sangat baik. Terlihat dari ramainya pengunjung yang datang menghadiri dan menikmati acara ini. “Acara ini sangat meriah, sangat ramai, dan spesial bagi saya. Saya adalah orang melayu asli,” ungkap Dahniar, salah satu pengunjung acara Gemes 2019 dengan bangga dan senyum lebar.
Sejak empat tahun yang lalu, Gelar Melayu Serumpun rutin dilakukan di Kota Medan dengan mengangkat tema yang berbeda setiap tahunnya. Tema-tema yang dipilih tentunya tidak terlepas dari kebudayaan melayu.
Di tahun ini, Sunatan dipilih menjadi tema. Hal ini dikarenakan begitu banyak masyarakat yang mulai mengabaikan tradisi sunat. Tradisi yang dulunya wajib dilakukan dan bahkan dijadikan pesta.
Murahman Syah selaku Stage Manager dari Gemes 2019, menjelaskan bahwa digelarnya acara Gemes 2019 bertujuan untuk membangkitkan semangat pemuda-pemudi untuk berbudaya.
“Untuk mengingat kembali sejarah dan kekayaan budaya melayu yang karena kemajuan zaman, kita lupa akan identitas kita. Jadi dengan adanya Gelar Melayu Serumpun, kita membangkitkan kembali khazanah-khazanah yang hampir punah, hampir tidak terlihat, dan mulai tidak dikenal,” terang Murahman.
Selain menikmati acara, pengunjung juga dapat sekaligus menikmati berbagai stan yang juga ikut mewarnai acara Gemes 2019 ini. Berbagai pengusaha lokal menjual makanan, minuman, dan suvenir khas kota Medan.
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)
4 Comments
Tae yoon
Maju terus Pijar
Kezia
Apa itu PIJAR?
Inuull
Waahh artikel ini menarik, dan bermanfaat
Hayatii
hebaat suryani kawan akuu..
Akhirnya dia melakukan kegiatan bermanfaat :v