Hits: 33

Stella Regina Christy

Pijar, Medan. Beberapa kampus mulai mencitrakan dirinya sebagai green campus. Istilah ini sering diusung di berbagai perguruan tinggi di Indonesia untuk menciptakan lingkungan kampus yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satunya adalah Universitas Sumatera Utara (USU).

USU mulai mengambil langkah menuju pemeringkatan internasional untuk Kampus Hijau melalui UI GreenMetric pada tahun 2017. Pada Desember tahun itu, USU menerima hasil penilaian sebagai Kampus Hijau dengan total skor 4.796, menduduki peringkat keseluruhan 234 dari 619 dan peringkat ke-11 di Indonesia dari 57 perguruan tinggi.

Pada tahun 2020, dalam partisipasi keempat, USU mencatat total skor 7.225, meraih peringkat keseluruhan 136 dari 912 dan peringkat ke-11 dari 88 perguruan tinggi di Indonesia. Pencapaian ini menunjukkan komitmen USU dalam mewujudkan kampus yang lebih ramah lingkungan.

USU mengupayakan green campus melalui enam bidang, yaitu penataan dan infrastruktur, energi dan perubahan iklim, limbah, air, transportasi, serta pendidikan dan penelitian. Salah satu bidang yang sangat berdampak adalah pengelolaan limbah.

USU telah berhasil mengurangi penggunaan kertas hingga 100% dengan mengadopsi pembelajaran daring (online) dan platform E-Learning. Untuk mendukung proses akademik, USU menerapkan Sistem Informasi Akademik (SIA) yang memungkinkan pengelolaan kegiatan secara paperless.

Selain itu, beberapa fakultas telah mengimplementasikan ujian berbasis komputer (Computer-Based Test/CBT) untuk ujian tengah semester dan akhir semester. Dalam hal pengelolaan jurnal dan konferensi, USU memanfaatkan Open Journal System dan Open Conference System, sehingga tidak lagi memerlukan hardcopy untuk pengajuan dan proses peninjauan artikel.

Poster yang mempromosikan penghematan penggunaan kertas, penggunaan tumbler, sedotan yang dapat digunakan kembali (reusable), dan tas jinjing (tote bag) reusable juga dipasang untuk mendorong masyarakat kampus mengurangi penggunaan plastik. Upaya ini sejalan dengan program USU Zero Waste.

USU juga aktif mengelola sampah organik yang dihasilkan dari kantin, kafetaria, dan sampah dapur pegawai. Terdapat empat kontainer kompos di TPA USU yang memproduksi kompos untuk digunakan sebagai pupuk di taman kampus.

Salah satu proyek inisiatifnya adalah penggunaan black soldier fly maggot untuk mengurai limbah makanan, yang mana belatung ini tidak hanya membantu mengurangi sampah, tetapi juga menjadi pakan ikan dalam sistem aquaponik. Modalitas lain untuk sampah organik yang dikembangkan di USU adalah Komposter Biogas yang diperkenalkan kepada masyarakat dalam program pelayanan publik.

Pengelolaan sampah anorganik juga dilakukan bekerja sama dengan Dinas Kebersihan dan Dinas Lingkungan Hidup Kota Medan, dengan edukasi pemilahan sampah bagi mahasiswa dan warga kampus. Sampah anorganik yang dapat didaur ulang dipisah dan dijual ke vendor daur ulang, sementara sisanya dibuang ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Salah satu mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis yang bernama Muhammad Rafiansyah menyoroti upaya ini. Rafi sering membawa tumbler ke kampus, tetapi ia menilai hal ini kurang efektif tanpa didukung oleh fasilitas isi ulang air mineral yang memadai. Sebab, saat air minum di tumbler habis, ia cenderung membeli minuman kemasan.

Selain itu, ia juga mengapresiasi adanya tempat sampah terpisah untuk organik, anorganik, dan plastik daur ulang, yang menurutnya sudah tepat, meski beberapa tempat mengalami kehilangan tanda penunjuk, sehingga menyebabkan kebingungan mahasiswa dalam memilah sampah.

Rafi menyarankan agar kampus melakukan sosialisasi mengenai program-program green campus guna meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan mahasiswa.

“Menurut saya, USU perlu melakukan sosialisasi lebih lanjut mengenai berbagai program dan fasilitas yang ada untuk memberikan dampak pada mahasiswa agar lebih sadar terhadap isu lingkungan. Salah satu ide yang mungkin bisa dilakukan oleh pihak kampus adalah membuat challenge bagi mahasiswa untuk membuat konten tentang USU Green Campus,” usul Rafi.

Sependapat dengan Rafi, petugas kebersihan menyatakan bahwa keberadaan tong sampah sortir sudah cukup efektif, tetapi kesadaran mahasiswa masih kurang, terutama di area kelas yang sering terlihat kotor.

“Upaya USU menuju green campus telah berjalan dengan baik. Namun, yang terpenting adalah kita bersama-sama menjaga lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan dan memanfaatkan fasilitas yang tersedia sebaik mungkin,” ujarnya.

USU terus memperkuat komitmennya menuju green campus yang berkelanjutan melalui berbagai program inovatif. Dengan dukungan dari seluruh elemen kampus, kesadaran lingkungan diharapkan semakin meningkat, sehingga cita-cita menciptakan kampus ramah lingkungan dapat terwujud secara optimal.

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment