Hits: 36
Abel Ghaniya/Salsabila Sagala
Pijar, Medan. Beberapa waktu belakangan ini media sosial X sedang ramai sebuah postingan seorang mahasiswi yang memakai lingeri sebagai pakaian yang dikenakannya ke kampus. Ia juga menambahkan tulisan ‘‘you only live once guys, pakai lingerie mu ke kampus” dalam unggahannya. Meskipun dalam foto yang diunggah tersebut, ia terlihat memakai kardigan dengan warna senada sebagai pakaian luar, hal tersebut tetap menjadi perdebatan panas warganet di media sosial.
Tercatat pada hari Selasa (10/9), unggahan tersebut telah mendapatkan 1,3 juta tayangan dan lebih dari 8 ribu kali disukai dalam kurun waktu satu hari. Cuitan tersebut menimbulkan banyak kontroversi. Namun, selain mendapat respon negatif, unggahan tersebut juga banyak mendapat QRT (Quote ReTweet) yang berisi postingan adu setelan pakaian atau outfit ngampus orang lain yang tidak kalah vulgar.
Selain menimbulkan perdebatan di dunia maya, perdebatan di dunia kampus juga terdengar. Tia, selaku mahasiswi Universitas Sumatera Utara (USU) turut memberikan tanggapan terkait kejadian ini. “Menurutku lumayan berlebihan, kalau pun itu bentuk untuk mengekspresikan diri, saya rasa tetap perlu melihat situasi dan tempat. Kebebasan berekspresi itu memang penting karena dapat membuat kita percaya diri, tetapi kurang etis juga kalau pakai lingeri ke kampus,” ucapnya.
Fenomena ini menunjukkan betapa rumitnya batas antara kebebasan berekspresi dan norma sosial, terutama di lingkungan kampus. Di satu sisi, banyak yang mengapresiasi keberanian mahasiswi tersebut dalam mengekspresikan diri dengan cara yang berbeda. Namun, di sisi lain, ada yang merasa bahwa tindakan tersebut terlalu provokatif dan bisa memicu perdebatan lebih luas tentang etika berpakaian di lingkungan kampus.
Penting untuk diingat bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. Cara berpakaian kita juga sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan konteks dan lingkungan sekitar. Dalam dunia yang semakin terbuka dan beragam ini, penting bagi kita untuk saling menghormati dan memahami sudut pandang orang lain. Dengan berdiskusi dan berproses, maka setiap individu dapat mengekspresikan diri secara positif dan tetap menghargai nilai-nilai yang ada di sekitarnya.
(Redaktur Tulisan: Kelly Kidman Salim)