Hits: 46

Theodora Stephanie Laowo

Pijar, Medan. Pukul Setengah Lima, karya Rintik Sedu pada bulan September lalu, merupakan novel yang mengangkat kisah seorang perempuan yang membuat kebohongan tentang realitas dirinya sendiri.

Novel yang berisi 206 halaman ini, mengisahkan tentang perjalanan tokoh Alina yang merasa kelelahan dengan kehidupannya sendiri dan memutuskan untuk berpura-pura menjadi orang lain. Keputusannya membawa kebahagiaan yang tak terduga, memberinya kesempatan untuk menemukan dunia yang lebih membuatnya bahagia daripada kehidupannya sebagai Alina yang penuh dengan tekanan dari keluarga yang tidak harmonis dan permasalahan lainnya.

Melalui perannya sebagai Alina, dia terjebak dalam lingkaran yang menyedihkan yang mengharuskan ia untuk berhadapan dengan konflik keluarga yang rumit dan tekanan agar menikah meskipun belum siap. Dia merasa terjebak di rumah karena ayahnya keras dan suka menggunakan kekerasan terhadap ibunya. Baginya, tidak ada “rumah” untuk berpulang, hanya ibunya yang menjadi satu-satunya untuk Alina bertahan dalam kekosongan hidupnya.

Namun, perjalanan rutin Alina dengan bus membawa perubahan dalam hidupnya. Dia bertemu dengan Danu, seorang pria yang mampu membius Alina, orang pertama yang membuatnya tersenyum hanya karena percakapan soal kemacetan. Danu, yang mengajaknya menemukan kebahagiaan sementara dalam peran baru sebagai “Marni”, nama ibunya yang dihormatinya. Dengan kepura-puraan ini, Alina menemukan kedamaian sejenak dan dapat menikmati hidupnya dengan cara yang baru.

Namun, teman dekatnya, Siti, menyadari perubahan Alina dan bertanya-tanya tentang kejadian yang memengaruhinya. Novel ini menyoroti ide bahwa mengadopsi identitas baru bukanlah tindakan terlarang, dan kadang-kadang hal itu bisa membawa kelegaan dalam hidup yang penuh tekanan.

Melalui perjalanan Alina, penulis Tsana mengeksplorasi konsep bahwa mengenal seseorang dan membawa nama mereka bukanlah hal yang sederhana, terkadang menghindari keterikatan dengan identitas dapat memberikan kelegaan. Namun, novel ini juga mengingatkan bahwa keseimbangan antara akal dan perasaan sangat penting dalam interaksi manusia, juga memberi pengingat bahwa melarikan diri dari masalah internal hanya memberikan pemecahan sementara.

Penulis berhasil menyampaikan makna yang mendalam tentang perjuangan seseorang dalam mengatasi tekanan dan kesulitan dalam kehidupan mereka. Melalui kisah Alina yang memilih untuk berpura-pura menjadi orang lain sebagai cara untuk melarikan diri dari realitas yang menyakitkan, penulis menggambarkan pentingnya adaptasi dan pencarian kebahagiaan dalam keadaan yang sulit.

Dari Pukul Setengah Lima tersampaikan sebuah makna bahwa dengan sesekali mengambil jalan pintas atau mengadopsi identitas baru mungkin memberikan kesempatan untuk mendapatkan kedamaian dan memulai kembali.

Keberhasilan penulis dalam menyampaikan makna ini terletak pada penggambaran yang kuat tentang konflik internal dan perubahan karakter Alina. Dengan menggunakan peristiwa-peristiwa dalam kehidupan sehari-hari yang realistis, penulis mengajak pembaca untuk merenungkan tentang konsep identitas diri, keberanian untuk menghadapi masalah, dan pencarian makna kehidupan.

Keunggulan dari novel ini adalah kemampuannya untuk menggambarkan kompleksitas emosi dan perjalanan batin tokoh utamanya dengan sangat mendalam. Pembaca dapat merasakan perubahan-perubahan yang dialami tokoh ketika sedang menjadi Alina dan ketika sedang menjadi Marni, serta memahami alasan di balik keputusannya. Selain itu, novel ini juga memberikan pandangan yang menyentuh tentang hubungan antara individu dalam masyarakat, dan bagaimana pengaruhnya dapat memengaruhi identitas seseorang.

Bahasa yang digunakan juga menonjolkan gaya penulisan yang indah dan deskriptif. Penulis mampu menggambarkan suasana dan perasaan tokoh dengan sangat jelas, memungkinkan pembaca untuk merasakan kedalaman emosi yang ada dalam setiap adegan. Bahasa yang digunakan juga bersifat lugas dan penuh makna, sehingga memudahkan pembaca untuk terhubung dengan cerita dan memahami pesan yang disampaikan.

Demikian, novel Pukul Setengah Lima tidak hanya menyajikan cerita yang menghibur, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung tentang makna kehidupan, identitas diri, dan pentingnya menemukan kebahagiaan dalam keadaan yang sulit

“Pukul setengah lima. Aku menjadi orang lain, akhirnya.” – halaman 35.

(Redaktur Tulisan: Alya Amanda)

Leave a comment