Hits: 24
Samuel Sinurat
Pijar, Medan. Penyelenggaraan Piala Dunia U-20 2023 yang akan dilaksanakan di Indonesia resmi dibatalkan oleh FIFA. FIFA, organisasi resmi sepak bola dunia, mencabut gelar tuan rumah dari Indonesia untuk ajang bergengsi tersebut.
Indonesia akan mendapat bantuan dari FIFA dalam mentransformasi sepak bola dalam negeri, meskipun ancaman sanksi berat atas kegagalan sebagai tuan rumah menanti. Terbaru, FIFA menunjuk Argentina sebagai pengganti Indonesia di pagelaran Piala Dunia U-20.
FIFA tidak memberitahukan secara resmi pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah piala dunia U-20. Namun, kuat dugaan ada hubungan polemik kedatangan timnas Israel sebagai peserta di Piala Dunia U-20.
Arya Sinulingga, selaku anggota komite eksekutif PSSI menyebut faktor keamanan dan gerakan penolakan timnas Israel di tanah air menjadi alasan FIFA. Menurut Arya, FIFA memegang teguh prinsip fair play, kesetaraan, dan anti diskriminasi.
Indonesia dianggap gagal mewujudkan prinsip FIFA. Penolakan timnas Israel di tanah air memang menjadi pro dan kontra di masyarakat. Banyaknya penolakan dari beberapa tokoh publik disinyalir menjadi penyebab pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah.
Gubernur Bali I Wayan Koster menjadi tokoh publik yang menolak secara langsung. I Wayan Koster memberikan surat pernyataan yang menolak kontigen timnas Israel di Bali.
Selain Gubernur Bali, Gubenur Jawa Tengah Ganjar Pranowo juga menolak timnas Israel di wilayah Jawa Tengah. Padahal dua stadion telah dipersiapkan untuk kejuaraan tersebut, yaitu Stadion Kapten I Wayan Dipta dan Stadion Manahan Solo. Karena penolakan itu, akhirnya FIFA memutuskan membatalkan drawing final Piala Dunia U-20 yang akan dilakukan di Bali pada Jumat (31/3/ 2023).
Pencabutan resmi Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 menuai banyak komentar dari berbagai kalangan masyarakat. Ada yang mendukung dan ada juga yang menolak kedatangan timnas Israel untuk berlaga di Indonesia.
Bagi pihak yang mendukung, mereka menggangap kedatangan timnas Israel hanya untuk bertanding sepak bola. Di sisi lain, pihak yang menolak beranggapan bahwa kedatangan timnas Israel ke Indonesia berarti telah melanggar kontitusi negara sendiri yang tertulis dalam UU Negara.
Ketua Umum Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Erick Thohir melakukan pertemuan dengan Presiden FIFA Gianni Infantino untuk membahas pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 dan sanksi yang akan diterima sepak bola Indonesia terkait insiden pembatalan ini. Erick Thohir terus mengupayakan agar sepak bola Indonesia tidak dijatuhi sanksi berat oleh FIFA.
Pertemuan yang dilakukan pada hari Kamis (6/4/2023) di Paris, Perancis memiliki beberapa agenda yang dibahas. Pertama, melakukan negosiasi terhadap sanksi yang akan diberikan FIFA terhadap sepak bola Indonesia dan kedua, memberikan rancangan peta biru transformasi sepak bola Indonesia kepada FIFA.
Pertemuan yang dilakukan akhirnya memberi hasil positif. Dilansir dari akun Instagram resmi Erick Thohir, sepak bola Indonesia terhindar dari sanksi berat oleh FIFA. Padahal banyak pihak yang menduga Indonesia akan dikenai sanksi berat menyusul pencabutan status sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20.
Erick Thohir menyampaikan Indonesia hanya mendapat kartu kuning saja. “Atas rahmat Allah SWT dan doa dari seluruh rakyat Indonesia, khususnya para pecinta sepak bola, Indonesia tidak dikenakan sanksi berat seperti dikucilkan dari sepak bola dunia. Kita hanya diberikan sanksi administratif, sehingga timnas Indonesia masih bisa mencetak prestasi di SEA Games pada akhir bulan ini. Indonesia hanya mendapat ‘kartu kuning’, bukan ‘kartu merah’. Alhamdulillah,” tulisnya pada unggahan Kamis (6/4/2023).
Mario Siallagan, seorang mahasiswa dan penggemar sepak bola tanah air memberikan pendapat bahwa gagalnya Indonesia jadi tuan rumah disebabkan adanya campur tangan politik dalam sepak bola Indonesia.
Menurutnya, kasus seperti itu akan menghambat perkembangan sepak bola Indonesia ke depannya. Mario berharap agar kasus seperti ini tidak terulang kembali dan sepak bola Indonesia dapat pulih.
“Harapan saya semoga kejadian ini tidak terjadi lagi, karena sangat berdampak buruk bagi perkembangan sepak bola Indonesia dan jangan pernah mengkaitkan sepak bola dan politik. Pencabutan status Indonesia sebagai tuan rumah di acara event internasional dapat menjadi pembelajaran bagi pemerintah dan masyarakat agar tidak mengkaitkan olahraga dengan bidang-bidang yang dapat merusak sportivitas dalam olahraga tersebut,” ungkapnya.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)