Hits: 73
Dicky Wahyudi
Pijar, Medan. Sepak bola sebagai salah satu olahraga paling populer di dunia memiliki daya tarik global yang besar. Namun, di balik kegembiraan dan persatuan yang dihadirkan oleh sepak bola, masalah rasisme tetap menjadi ancaman yang nyata. Rasisme dalam sepakbola adalah masalah serius yang telah ada selama bertahun-tahun, baik di Indonesia maupun di mancanegara.
Sasarannya sendiri biasanya adalah pemain berkulit hitam yang sering diteriaki suporter dengan kata-kata menyinggung warna kulit pemain atau atlet tersebut. Tidak hanya orang berkulit hitam, segala jenis warna kulit dan ras dapat menjadi korban rasisme.
Rasisme sendiri ialah perilaku diskriminatif terhadap pemain atau penggemar berdasarkan ras, etnisitas, atau latar belakang mereka. Fenomena rasisme dalam sepak bola mencakup tindakan seperti nyanyian rasis, ejekan, dan bahkan tindakan fisik.
Rasisme ini dapat mengganggu konsentrasi, mental, dan psikis para pemain. Dampak dari rasisme ini sendiri menghilangkan sportivitas dalam olahraga itu sendiri dan dapat menggangu jalannya pertandingannya. Rasisme muncul dalam pertandingan antarnegara maupun antarklub. Faktor ini sering terjadi karena adanya sejarah sengit antarnegara maupun tim yang bertanding sehingga para pendukung ingin hasil maksimal ditorehkan oleh atlet.
Persaingan antarklub dan antarnegara dalam olahraga membuat para pendukung membela klub atau negara yang disuka secara berlebihan. Para pendukung berusaha mendukung klub ataupun negaranya dengan selalu ingin melihat tim atau negara yang dia sukai tersebut menang dalam setiap pertandingan.
Tidak peduli faktor-faktor apa yang menjadi kekalahan tim tersebut, para pendukung pun akan melakukan kritik pada atlet yang melakukan kesalahan. Pendukung yang mengkritisi ada yang masih menggunakan cara wajar, tetapi ada juga oknum-oknun yang hingga melakukan tindakan rasisme kepada para atlet.
Untuk mengatasi masalah ini, organisasi sepakbola internasional dan lokal telah memperkenalkan langkah-langkah anti-rasisme, seperti kampanye anti-rasisme, hukuman bagi pelaku rasisme, dan pelatihan kesadaran tentang keragaman. Meskipun upaya telah dilakukan, masalah rasisme dalam sepakbola masih ada dan memerlukan perhatian terus-menerus untuk mengatasi akarnya.
Organisasi sepak bola dunia, Fédération Internationale de Football Association (FIFA) membuat aturan yang lebih ketat guna memberantas masalah rasialisme di dunia persepakbolaan. Kini, pelaku rasial akan disanksi larangan bertanding minimal 10 laga.
Di Indonesia sendiri para pelaku rasisme bisa dikenai hukuman sesuai dalam Undang-Undang (UU) No. 11 tahun 2008. Dalam pasal 28 ayat (2) dikatakan “Setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan informasi yang ditujukan untuk menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan individu dan/atau kelompok masyarakat tertentu berdasarkan atas suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA) dengan hukuman yaitu pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1.000.000.000 (satu miliar rupiah)”.
Sepantasnya olahraga tidak memandang perbedaan fisik dan psikis para atlet atau siapapun yang ambil peran dalam kegiatan tersebut. Sebagai pendukung, selayaknya bersikap dewasa dan sewajarnya bijak bertindak tanpa harus menghina apapun identitas yang melekat pada para atlet. Utamakan sportivitas dan katakan tidak pada rasisme.
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)