Hits: 84

Tahara Amelia Pratiwi / Asti Febriana

Pijar, Medan. Tentunya kita sudah tidak asing lagi dengan slogan seperti go green atau no plasctic, tetapi slogan bertuliskan zero waste cukup jarang kita jumpai bukan?

Zero waste merupakan sebuah filosofi atau prinsip gaya hidup yang mengupayakan setiap produk bisa digunakan kembali. Konsep zero waste mengajak kita untuk menggunakan produk sekali pakai dengan lebih bijak demi mengurangi jumlah dan dampak buruk dari sampah yang akan berakhir di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).

Seperti Andhini, seorang ibu rumah tangga yang telah menerapkan hidup zero waste bersama suami dan putranya. Andhini dan suami mulai tergerak untuk menerapkan hidup minim sampah dan telah melakukan manajemen sampah rumah tangga dalam kehidupan sehari-hari mereka sejak tahun 2012. Mulai dari berhenti menggunakan produk yang berpotensi menghasilkan sampah, membuat aneka produk pembersih, bahkan menghilangkan fungsi tempat sampah di rumah telah ia terapkan selama bertahun-tahun.

Dikatakan bahwa inspirasi Andhini untuk memulai hidup zero waste adalah anaknya sendiri. Saat memasuki masa kehamilan tujuh bulan, Andhini membaca artikel yang menyebutkan bahwa popok bayi merupakan salah satu sampah yang sulit terurai karena memiliki bungkus plastik. Andhini kemudian memilih untuk beralih ke popok kain untuk meminimalisir dampak kerusakan lingkungan demi anaknya di masa depan. Berawal dari itulah Andhini dan suami sepakat untuk membiasakan hidup mereka dengan tidak menghasilkan sampah.

Andhini sendiri mengaku sejak tahun 2018, keluarga kecilnya telah mengganti fungsi tempat sampah yang ada di rumahnya menjadi pot tanaman dan berhenti menyumbang sampah ke TPA. Hal ini ia lakukan untuk menghilangkan keinginan membuang sampah dan membantu mengurangi pencemaran lingkungan. Sejak itu, mereka memproduksi sampah dalam jumlah yang sangat sedikit dan sangat jarang menyumbang sampah ke TPA.

Dikutip dari wawancaranya bersama KoranJakarta dalam kanal Youtube, ia menjelaskan cara-caranya dalam mengelola sampah-sampah dan memanfaatkan seluruh bagiannya agar tetap berguna.

“Jika memang ada produk essential yang belum bisa kami cari produk penggantinya yang lebih ramah lingkungan, itu sampahnya kami kelola untuk dipilah dan didaur ulang. Karena proses daur ulang juga memiliki dampak kerusakan lingkungan. Begitu juga untuk sampah organik yang kami olah, ada yang menjadi makanan baru, jadi bumbu dapur halus, dijadikan minuman, pembersih dan memang jika tidak bisa dijadikan apa-apa lagi maka langkah terakhir kami adalah dijadikan kompos,” tuturnya.

Ia juga menjelaskan salah satu tantangan terbesarnya saat menerapkan hidup zero waste adalah perilaku konsumtif yang sangat tinggi di Indonesia. Di saat semua makanan ataupun barang yang dijual selalu memakai bungkus sekali pakai, Andhini mencoba untuk menghindarinya dan berganti alih dengan membawa tas belanjaan yang dapat digunakan kembali dan berbelanja di toko curah.

Tak ingin berjuang sendiri, ia juga telah membagikan kisah hidup zero waste-nya melalui akun Instagram @021suarasampah. Hal ini ia sampaikan agar bisa memotivasi banyak orang untuk memulai hidup bebas sampah dengan menerapkan zero waste.

Jika kamu ingin mencoba gaya hidup seperti sosok ibu yang satu ini, kamu bisa meminimalisir sampah dengan menerapkan konsep 5R yakni, refuse (menolak), reduce (mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), dan rot (membusukkan sampah). Zero waste tidak hanya bicara soal daur ulang, melainkan dimulai dari refuse, reduce, dan reuse.

Prinsip zero waste bukan tujuan akhir, melainkan sebuah proses. Karena setiap hal-hal kecil jika dilakukan terus-menerus dan bersama-sama, akan menghasilkan dampak yang besar. Yuk, mulai perbaiki bumi dengan zero waste!

(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)

Leave a comment