Hits: 124
Icha Kumala Dewi
Pijar, Medan. Indonesia merupakan negara kedua penghasil sampah terbesar di dunia. Terlebih lagi sampah plastik yang selalu menjadi masalah utama yang tidak akan ada habisnya. Teksturnya yang sulit terurai menyebabkan pencemaran lingkungan, baik pencemaran tanah maupun laut. Dilansir dari indonesiabaik.id, sebesar 1,3 juta ton sampah plastik di Indonesia bermuara di laut setiap tahunnya. Berbicara mengenai sampah plastik, Edy Suranta sosok yang saat ini viral karena telah mengubah limbah plastik menjadi sebuah karya seni lukisan.
Edy Suranta Ginting merupakan seorang pelukis yang berasal dari Ajijahe, Karo, Sumatra Utara. Pria tanah karo ini lahir pada 6 Juni 1983. Ia viral di TikTok karena menjadi pemenang lomba Hari Lingkungan Sedunia yang diadakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Ia memiliki basic sebagai pelukis. Namun, ia juga berkecimpung di bidang lingkungan hidup, edukasi anak-anak pedalaman, organic farming, industri rumahan, dan industri kreatif. Selain itu, ia juga masuk ke bidang pencegahan illegal fishing dan konservasi.
Begitu banyak bidang-bidang yang Edy kerjakan. Maka dari itulah ia tidak pernah menetap di suatu tempat. Di setiap daerah, ia biasanya menghabiskan waktu selama 2 hingga 3 tahun. Setelah kegiatan tersebut sudah ada yang meneruskan atau masyarakat setempat sudah paham untuk menjadikan daerahnya lebih baik, barulah Edy pergi lagi dari satu daerah ke daerah lainnya.
Edy hanya menyelesaikan sekolahnya sampai tingkat SMA. Tapi, sempat juga kuliah satu semester. Karena tidak sesuai dengan apa yang diinginkan, kuliahnya ia tinggalkan. Menggambar memang sudah menjadi hobinya dari kecil. Ia tidak menyukai pelajaran apa pun, kecuali menggambar. Ia kerap kali dipecat dan pindah dari satu sekolah ke sekolah lainnya, karena dianggap nakal dan tidak mau belajar apa pun. Akhirnya, ia memilih jalan hidupnya untuk fokus melukis.
Sebenarnya ini bukan kali pertama sosok Edy viral. Tahun 2016, ia sangat viral karena teman-teman volunteer seasing membuat pameran untuknya di Jerman. Dampaknya, hingga saat ini lukisan Edy lebih banyak dipesan oleh orang-orang asing.
“Dulu saya pernah ditegur beberapa kali dengan teman-teman bule. Mereka sering melihat saya ketika selesai merokok. Saat itu saya membuang puntung rokok sembarangan. Lalu, mereka bilang ke saya: Kamu tau mengapa negara kamu kotor? Ya, kamulah salah satu orang yang membantu mengotori negaramu,” ungkap Edy.
Dari situlah hati Edy tergerak untuk tidak lagi membuang sampah dan memungut sampah di mana pun ia berada. Sebelum menciptakan lukisan dengan sampah plastik, ternyata ia lebih dulu membuat rumah dari bahan limbah untuk dijadikan wadah belajar dan berkreasi.
Bagi Edy, tujuan membuat lukisan dan rumah dari sampah agar dapat memotivasi masyarakat untuk melihat bahwa, hal-hal yang tidak dianggap penting sama sekali ternyata ada gunanya. Hingga pada akhirnya sampah-sampah ini tidak dibuang sembarangan lagi atau sekadar dibakar sia-sia.
Edy berharap, jika memang menurut masyarakat dan anak muda di negara ini apa yang ia kerjakan bagus, maka mereka harus mau melakukan hal serupa juga. Paling tidak kita bisa sama-sama menanggulangi dampak sampah.
(Editor: Rassya Priyandira)