Hits: 92
Ariel Demetrius Nadeak /Anggun Anggryani Tobing
“The Golden Rule of Habit Change: You can’t extinguish a bad habit, you can only change it” – hal 67.
Pijar, Medan. Charles Duhigg menuangkan pemikirannya dalam sebuah buku berjudul The Power of Habit mengenai bagaimana sebuah kebiasaan bisa berdampak besar pada kehidupan manusia. Di dalamnya dimuat berbagai kisah dari orang-orang yang berhasil melampaui batas dengan sebuah kebiasaan.
Di awal cerita, kita disuguhkan dengan kisah Lisa Allen yang berhasil mengubah kebiasaan buruk setelah perceraiannya dengan suaminya. Saat dalam masa perceraiannya, Lisa yang merupakan pecandu alkohol dan nikotin bertekad untuk mengubah kebiasaan buruknya itu agar bisa mencapai tujuan hidupnya yang sempat hilang.
Buku ini juga menceritakan beberapa kisah sukses yang datang dari sebuah kebiasaan, seperti jenama Pepsodent yang menjadi terkenal dengan mengubah budaya menggosok gigi warga Amerika Serikat. Salah satu sosok di baliknya, Claude C. Hopkins membawa kesuksesan jenama itu dengan memanfaatkan kebiasaan manusia sehari-hari.
Tony Dungy membawa tim football yang dilatihnya, American Football Buccaneers menjadi juara dengan mengubah kebiasaan. Ia menanamkan kebiasaan pada timnya untuk berpikir secara cepat ketika bertanding agar lawan tidak dapat memprediksi gerakan mereka. Dungy tidak menciptakan kebiasaan yang baru, tetapi mengubahnya.
Kebiasaan bisa saja berasal dari tekad, seperti kisah Travis, seorang mantan pegawai McDonald’s yang dipecat lalu berpindah ke Starbucks dan menjadi manajer dari dua cabangnya. Setelah diteliti, Starbucks memberikan kelas pelatihan untuk para pegawai. Pelatihan ini mengajarkan Travis keterampilan hidup seperti menguasai emosi, fokus, dan kekuatan tekad yang mengubah kebiasannya.
Charles menjelaskan lingkaran kebiasaan dan bagaimana kebiasaan bekerja. Yang pertama adalah cue, yaitu dorongan yang memicu otak kita untuk melakukan hal secara otomatis dan memicu kebiasaan apa yang harus dilakukan. Selanjutnya adalah routine yang dapat berupa aktivitas fisik, mental, dan emosional. Bentuk rutinitas bisa sangat kompleks atau bahkan sangat sederhana. Reward sebagai tahap akhir dapat berupa sensasi fisik setelah mengonsumsi makanan atau emosional, misalnya perasaan sedih ketika gagal menjalani diet. Ketiga hal tersebut adalah aspek-aspek yang membentuk kebiasaan dalam diri seseorang.
Pada bagian akhir buku, terdapat petunjuk yang dapat digunakan untuk membentuk kebiasaan. Petunjuk ini diberikan Charles agar pembaca sadar akan kebiasaan tersebut, akibat serta pemicu dari kebiasaan tersebut sehingga pembaca dapat menyusun rencana untuk mengubahnya.
Memiliki tebal 392 halaman, buku ini memiliki tutur bahasa yang ringan untuk dibaca. The Power of Habit mengajarkan kita bagaimana cara belajar untuk mengubah sebuah kebiasaan buruk dari kurasi kisah-kisah inspiratif di seluruh dunia. Buku ini sangat direkomendasikan untuk kamu yang ingin belajar mengubah sebuah kebiasaan yang buruk.
“Change might not be fast and isn’t always easy. But with time and effort, almost any habit can be reshaped”- hal 247.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)