Hits: 25
Evelin M. Purba / Stella Regina Christy
Pijar, Medan. Jurnalisme investigasi sering kali menjadi kunci dalam mengungkap skandal besar yang tersembunyi di balik kekuasaan dan institusi. Salah satu film yang berhasil menangkap esensi dari kerja keras ini adalah Spotlight, drama biografi kriminal Amerika Serikat yang dirilis pada 2015. Disutradarai oleh Tom McCarthy, film ini mengikuti tim reporter investigasi Spotlight dari The Boston Globe yang mengungkap skandal pelecehan seksual di Gereja Katolik pada 2002.
Film dimulai di Boston pada tahun 1976, ketika kantor polisi Distrik 11 menangani kasus pelecehan yang dilakukan oleh Pastor Geoghan terhadap anak-anak. Cardinal Law, pejabat senior di Gereja Katolik Boston saat itu hanya memberikan solusi dengan memindahkan Pastor Geoghan ke paroki lain dan berjanji bahwa kejadian serupa tidak akan terulang.
Cerita kemudian berlanjut ke Juli 2001 di The Boston Globe yang dipimpin oleh Ben Bradley Jr. Tim investigasi bernama Spotlight, yang terdiri dari empat anggota, berfokus pada pengangkatan berita yang telah lama tertunda atau terabaikan. Awalnya, tim ini berencana meliput kasus manipulasi oleh pihak kepolisian, tetapi mereka tertarik untuk menyelidiki lebih dalam kasus pelecehan yang dilakukan oleh para pastor di Boston yang telah lama terabaikan, sekaligus untuk meningkatkan reputasi berita mereka.
Namun, menginvestigasi kasus ini bukanlah tugas yang mudah, karena informasi ditutup rapat oleh gereja. Di sisi lain, editor pelaksana mereka mengancam akan menghentikan peliputan jika tidak ada perkembangan menarik. Dalam upaya untuk melanjutkan investigasi, tim Spotlight berusaha keras mencari narasumber lain. Mereka mengundang Phil Saviano (Neal Huff), seorang penyintas yang juga merupakan pengurus aktif komunitas Survivor Network of those Abused by Priests (SNAP) untuk diwawancara.
Para pastor menargetkan korban dengan latar belakang serupa: keluarga miskin, anak yatim, atau orang tua yang bercerai. Korban dipilih bukan karena ketertarikan pribadi, tetapi karena situasi mereka. Mereka cenderung memilih korban yang pendiam dan kemungkinan besar tidak akan berani melaporkan perlakuan mereka kepada siapa pun.
Phil mengungkapkan bahwa kasus pelecehan seksual oleh pastor terjadi tidak hanya di Boston, tetapi juga di seluruh dunia bahkan mencakup Vatikan, dengan jumlah pastor yang terlibat cukup banyak. Dari wawancara ini, tim Spotlight menemukan titik terang dan menggali lebih dalam berbagai sumber, hingga terungkap bahwa jumlah pastor yang terlibat dalam kasus pelecehan seksual ini hampir mencapai 90 orang.
Film ini menampilkan deretan aktor ternama, dengan Michael Keaton berperan sebagai Walter “Robby” Robinson, editor senior tim Spotlight. Ia memimpin para reporter Michael Rezendes (Mark Ruffalo), Sacha Pfeiffer (Rachel McAdams), dan Matt Carroll (Brian d’Arcy James), di bawah pengawasan editor pelaksana mereka, Ben Bradley Jr. (John Slattery), serta editor-in-chief baru The Boston Globe, Marty Baron (Liev Schreiber) yang mencetus agar isu ini diangkat kembali.
Salah satu hal yang menarik untuk disorot dalam film ini adalah peran media yang sangat berpengaruh dalam mengungkap kasus ini, yang digambarkan secara mendetail melalui proses investigasi tim Spotlight.
Proses tersebut mencakup pengumpulan informasi, pencarian narasumber, pencatatan kesaksian langsung dari para korban pelecehan, serta verifikasi segala bentuk informasi yang diperoleh. Mereka bahkan mengajukan mosi ke pengadilan agar dokumen kasus Geoghan dibuka untuk umum agar dapat mereka askses.
Sepanjang tahun 2002, tim Spotlight menerbitkan hampir 600 artikel tentang skandal tersebut. Setelah film ini dirilis, banyak kasus pencabulan yang dilakukan oleh pastor dan biarawan terungkap. Sebanyak 249 pastor dan biarawan di Keuskupan Boston didakwa atas tindakan pencabulan, dengan lebih dari seribu korban selamat di Boston. Pada Desember 2002, Kardinal Law mengundurkan diri dari posisinya di Keuskupan Boston dan dipindahkan ke Basilika Santa Maria Maggiore di Roma, salah satu gereja Katolik Roma terbesar di dunia.
Film ini sangat berdampak pada para penyintas di berbagai belahan dunia, mendorong mereka untuk berani mengungkap kebejatan yang dilakukan oleh beberapa pemuka agama. Banyak kasus pencabulan telah terungkap di berbagai belahan dunia, termasuk New York, Inggris, Brasil, Afrika Selatan, India, Chili, Filipina, dan masih banyak lagi.
Para wartawan Spotlight memberikan pelajaran berharga tentang pentingnya independensi dalam jurnalisme. Meskipun ada pihak-pihak yang berusaha memengaruhi, fakta tetaplah fakta. Kewajiban jurnalis adalah untuk mengungkapkan kebenaran kepada publik, serta menyampaikan informasi yang mungkin tidak dapat diakses oleh masyarakat.
Kita dapat belajar dari mereka betapa pentingnya untuk tidak mengabaikan suatu masalah. Kesalahan The Boston Globe yang sebenarnya telah menerima informasi mengenai kasus Geoghan sebelumnya, tetapi tidak menanggapi isu ini dengan serius juga ditunjukkan.
Kesuksesan film Spotlight tercermin dari 133 nominasi penghargaan yang diterimanya, mana film ini berhasil meraih 69 penghargaan. Beberapa di antaranya termasuk Penghargaan Akademi, Masyarakat Kritikus Film Nasional, dan Penghargaan Online Kritikus Film New York. Selain itu, film berdurasi 2 jam 9 menit ini juga memperoleh rating 8.1 di IMDb dan dinobatkan sebagai Film Terbaik dan Skenario Asli Terbaik pada tahun 2016.
(Redaktur Tulisan: Marcheline Darmawan)