Hits: 832

Adinda Mustika / Rizha Ananda

“Crying help me slow down, and obsess over the weight of life’s problems.”- Sadness

Pijar, Medan. Manusia adalah makhluk kompleks yang sulit dimengerti akibat emosi yang ada pada dirinya. Namun, pernahkah kalian berpikir jika emosi yang ada dalam diri kita dikendalikan oleh sel emosi yang beragam?

Pemikiran ini dituangkan ke dalam film yang berjudul Inside Out yang merupakan film animasi asal Amerika Serikat. Film yang disutradarai oleh Pete Docter ini juga mengantongi banyak penghargaan seperti Academy Awards, Alliance of Women Film Journalist, American Cinema Editors Awards, dan banyak penghargaan lainya.

Film Inside Out menceritakan tentang seorang anak perempuan berumur 11 tahun bernama Riley. Ia memiliki 5 emosi dasar, yaitu Joy (kebahagiaan), Sadness (sedih), Disgust (jijik), Fear (takut), dan Anger (marah). Riley pun menjalani hari-harinya dengan emosi yang dikendalikan oleh kelima karakter tersebut.

Cerita ini bermula dari Riley dan keluarganya yang pindah ke San Fransisco secara mendadak. Di saat itulah Riley merasa sedih karena harus meninggalkan sahabatnya dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Perubahan emosi yang terjadi pada Riley pun terjadi begitu cepat dan sulit bagi Riley untuk mengendalikannya.

Setiap karakter yang ada pada diri Riley memiliki peran yang berbeda. Joy berfungsi untuk membuat Riley menjadi bahagia dan Anger berfungsi untuk melindungi dan menjadikan Riley pribadi yang tangguh. Adapun Disgust berfungsi untuk mencegah Riley dari keracunan makanan, Fear berfungsi untuk membantu Riley merancang skenario terburuk yang akan terjadi agar tidak gegabah, serta Sadness berfungsi untuk membuat Riley menjadi emosional dengan perasaan sedih.

Sepanjang cerita, Joy selalu menganggap Sadness adalah karakter yang paling tidak berguna karena hanya dapat membuat Riley bersedih. Namun, terdapat sebuah kejadian yang membuat Joy pada akhirnya sadar tentang pentingnya Sadness untuk Riley. Ia menyadari bahwa manusia tidak setiap saat harus merasa bahagia. Joy sering mengesampingkan emosi lainnya karena ia merasa hanya perannya saja yang penting untuk Riley.

Hal ini membuat Riley menjadi selalu menuntut dirinya sendiri untuk selalu bahagia dan menyangkal perasaan sedihnya. Tindakan ini merupakan sebuah toksisitas positif (toxic positivity) yang harus dihindari. Sebagai manusia, kita juga harus bisa menerima setiap emosi yang ada dalam diri kita, tidak peduli seburuk apapun itu.

Jika kita memaksa untuk menerima emosi positif dan menolak emosi negatif yang ada maka kita tidak bisa mengekspresikan apa yang kita rasakan. Hal itu sama saja seperti sedang membohongi diri kita sendiri. Dengan menonton film Inside Out kita akan disadarkan tentang betapa pentingnya menerima segala aspek emosi yang ada pada diri kita.

Film ini sangat cocok untuk menjadi tontonan anak-anak bahkan untuk orang dewasa sekalipun karena kita bisa belajar mengenai bagaimana pengelolaan emosi dalam diri manusia. Film ini juga disajikan dengan penyampaian yang mudah untuk dimengerti oleh penonton sehingga dapat dinikmati secara santai. Bagi yang berminat untuk menonton, Inside Out saat ini sudah tersedia di platform Disney+. Selamat menonton.

(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)

Leave a comment