Hits: 99
Ayu Nabila Putri / Shofiyana Fadhiilah
Pijar, Medan. Mendapatkan perhatian atau sekadar lirikan dari orang yang disukai merupakan sesuatu yang paling membuat hati berbunga-bunga. Namun, adakalanya hal tersebut sering kali disalah artikan, terkhususnya bagi kaum perempuan. Misalnya, sering merasakan bahwa seseorang memiliki perasaan yang lebih, padahal sebenarnya ia memang memiliki sifat ramah kepada setiap orang. Jika pernah mengalaminya, mungkinkah kamu mengalami sindrom erotomania?
Dikutip dari sehatq.com, sindrom erotomania merupakan gangguan delusi cinta yang membuat penderitanya yakin bahwa ada individu yang mencintainya. Kondisi ini bisa terjadi sebentar atau dalam jangka waktu yang lama dan terkadang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang yang dicintai.
Sayangnya, hingga saat ini para ahli belum mengetahui penyebab pasti dari sindrom erotomania ini. Namun, kebanyakan kasus erotomania kerap dikaitkan dengan gangguan mental yang lain.
Seperti seseorang dengan gangguan bipolar yang memiliki perubahan suasana hati yang ekstrem. Mereka juga terkadang mengalami hipomania, depresi, dan delusi yang berkelanjutan. Delusi sendiri bisa terjadi karena faktor genetik. Walaupun demikian, lingkungan, gaya hidup, dan kesehatan mental secara keseluruhan juga berperan untuk menentukan gejala delusi.
Ketika memiliki gangguan delusi, mereka cenderung tidak memproses isyarat sosial dengan cara yang benar. Mereka bisa saja salah membaca wajah maupun bahasa tubuh. Misalnya, mereka menganggap orang lain sedang menggoda mereka, padahal tidak. Hal ini membuat mereka berpikir bahwa orang tersebut menyimpan rasa suka. Gangguan ini bisa berkembang seiring waktu, terutama jika penderitanya banyak menghabiskan waktu sendiri.
Sindrom ini tentunya memiliki gejala yang dapat menjadi tanda apabila seseorang tengah mengalaminya. Adapun gejala utama dari erotomania atau delusi cinta adalah adanya keyakinan yang keliru bahwa penderitanya merasa sedang dicintai oleh seseorang. Meskipun tidak memiliki bukti yang dapat mendukung hal tersebut.
Selain itu, beberapa gejala dan perilaku lain yang dapat muncul ialah dengan terus membicarakan orang yang diyakini sedang mencintainya, terobsesi untuk menemui orang yang dicintai, serta menyebutkan bahwa orang yang dicintai sering mengikuti walau nyatanya tidak. Selanjurnya, juga terus berusaha berkomunikasi dengan orang yang dicintai dan tidak memiliki semangat untuk beraktivitas selain membicarakan orang yang diyakini mencintainya.
Sindrom erotomania tidak bisa dibiarkan terus-menerus dan dianggap sepele. Sindrom ini dapat menyebabkan seseorang untuk tergerak dalam melakukan hal yang berbahaya hingga berurusan dengan aparat hukum. Apabila tanda-tanda di atas sudah muncul dan semakin mengganggu, salah satu solusi yang bisa dilakukan adalah segera melakukan pengobatan.
Pergi ke dokter ahli kejiwaan (psikiater) merupakan suatu penanganan yang tepat agar dampak buruk yang bisa terjadi kedepannya dapat segera dicegah. Perlu diingat, bahwa mencintai seseorang tidak perlu berlebihan. Alih–alih semakin mendekat, bisa jadi si orang istimewa akan semakin menjauh akibat ketakutan. Jadi, jangan sampai merugikan diri sendiri dan orang yang dicintai, ya!
(Redaktur Tulisan: Rani Sakraloi)