Hits: 83
Marcheline Darmawan
Hal yang mustahil, kurasa, terjadi lewat menjalani hidup. -hal 353.
Pijar, Medan. Penyesalan, merasa tidak berguna, dan tersesat tanpa jalan keluar. Pikiran-pikiran yang terbesit dalam otak ini menjadi penyebab utama orang-orang merasa putus asa. Apa yang akan terjadi jika aku mengambil kesempatan itu? Apa yang akan terjadi jika aku mengambil keputusan lain? Apa yang akan terjadi padaku kalau aku tidak menjadi aku yang sekarang ini?
Itulah yang dirasakan Nora Seed, seorang penjaga toko musik tanpa semangat hidup yang dilanda kesialan beruntun. Penyesalan akan seluruh keputusan yang ia ambil membuatnya merasa lelah untuk melanjutkan hari esok dan memilih untuk menutup lembar kehidupannya sendiri.
“Di antara kehidupan dan kematian ada perpustakaan,” katanya. “Dan di dalam perpustakaan itu, rak-rak berderet tak ada habisnya. Setiap buku menyediakan kesempatan untuk mencoba kehidupan lain yang mungkin saja kau jalani. Untuk melihat bagaimana segala sesuatunya akan berbeda kalau kau membuat pilihan-pilihan lain… Akankah kau melakukan hal berbeda, seandainya kau punya kesempatan untuk membatalkan penyesalan-penyesalanmu?”- hal. 46
Alih-alih berakhir di akhirat, Nora menemukan dirinya berada di sebuah perpustakaan misterius. Diantara rak-rak buku yang berjejer, ia bertemu dengan Mrs. Elm, seorang pustakawati di sekolahnya dulu. Di sana, Nora diajak masuk ke dalam cerita buku dan menyusup ke versi lain kehidupan dirinya.
“… Tiap-tiap ranting hanya melalui satu perjalanan. Tapi masih ada ranting-ranting lainnya. Dan juga masih ada hari ini-hari ini lain. Kehidupan-kehidupan lain yang bisa berbeda andai kata sebelumnya kau mengambil arah-arah berbeda di dalam kehidupanmu…” -hal 147.
Berbagai kemungkinan kehidupan dijalani Nora, menikah dengan mantan kekasihnya, menjadi atlet olimpiade, hingga glasiolog. Ia melompat dari satu Nora ke Nora lain yang dirasa telah membuat keputusan yang tepat dan menjalani hidup yang baik. Namun, pencarian hidup ‘sempurna’ Nora tidak semulus yang dibayangkannya. Dan ketika Nora dihadapkan pada kehidupan impiannya, ia meragukan pilihannya. Apakah ini kehidupan yang ia inginkan?
Pemikiran Nora tentunya lumrah dirasakan oleh semua orang. Kita berandai-andai, apa yang seandainya terjadi jika kita mengambil pilihan lain. Seperti apa kehidupan itu? Apakah lebih baik? Atau justru malah lebih buruk?
“Kebenaran yang merupakan awal mula dan bibit dari segala sesuatu yang mungkin. Yang dulunya adalah kutukan dan sekarang anugerah. Dua kata sederhana yang mengandung kekuatan dan potensi multisemesta. AKU HIDUP” -hal 345
Matt Haig memperlihatkan versi kehidupan Nora yang beragam dan konsekuensi atas setiap keputusannya. Tidak hanya berdampak pada Nora sendiri, tetapi juga hidup orang yang mungkin lewat di kehidupannya, mungkin tetangganya, teman kakaknya, atau bahkan kehidupan seseorang yang hidup jauh di perkebunan anggur Buena Vista.
Melalui perjalanan Nora, kita diajak melihat hidup dalam perspektif baru, untuk tidak lagi hidup dalam belenggu mimpi orang lain, atau ekspektasi yang dibebankan terhadap kita. Kita harus bertekad untuk hidup menjadi diri sendiri, dengan tujuan sendiri, dan bertanggung jawab pada diri sendiri.
(Redaktur Tulisan: Lolita Wardah)