Hits: 449
Alvira Rosa Damayanti
Pijar, Medan. Pernahkah terbayangkan ketika masa pertumbuhan, kalian harus tumbuh dan berkembang sendiri? Harus menjalani kehidupan dengan ditelantarkan dan hidup dalam kemiskinan yang membuat kalian harus menahan lapar selama berhari-hari?
Mungkin, hal itu adalah hal yang tidak mungkin pernah terbesit dibenak sebagian orang. Namun, insiden penelantaran anak Sugamo yang terjadi di Tokyo tahun 1980 adalah jawaban dari ketidakmungkinan yang selama ini dipikirkan. Hal itu pula yang menjadi alasan, dari adanya film Nobody Knows saat dirilis tahun 2004 silam.
Tidak hanya terjadi di Tokyo, di negara ini sendiri, Indonesia, kasus penelantaran anak juga sering dilakukan. Berbekal karena dimabuk cinta dan berani untuk menikah muda, menjadi langkah awal pemicu adanya perbuatan tersebut. Hal ini disebabkan dengan alasan ekonomi yang tidak memadai dan tidak sanggupnya orang tua untuk menanggung beban hidup anak-anaknya.
Kasus penelantaran anak yang terjadi di Tokyo pada tahun 1980 tersebut diangkat dan dijadikan sebuah film oleh sutradara legendaris Hirokazu Kore-eda. Dilansir dari Wikipedia, film ini menjadi masukan Jepang pada ajang Penghargaan Oscar untuk kategori “Film Berbahasa Asing Terbaik”.
Nobody Knows dengan judul ‘Dare mo shiranai’ dalam bahasa Jepang mengisahkan tentang kehidupan keempat orang anak yang memiliki satu orang ibu yang sama, namun berbeda ayah. Mereka bersama-sama tinggal di sebuah unit apartemen kumuh yang jauh dari kata layak, namun bisa akur dan ceria dengan cara mereka. Tidak satu pun dari mereka yang diizinkan untuk sekolah.
Pada awalnya semua terlihat baik-baik saja. Begitu pun saat sang ibu pamit untuk pergi bekerja selama beberapa hari keluar kota dan berjanji akan kembali saat Hari Natal tiba kepada keempat anaknya.
Semua berubah menjadi masalah, saat sang ibu tak kunjung kembali. Tagihan air dan listrik kian melonjak, membuat mereka tak sanggup membayar dan akhirnya hidup berhari-hari tanpa keduanya. Rasa lapar mulai menggerogoti. Keempatnya hanya diam di rumah, sama sekali tanpa kejelasan apakah mereka bisa makan atau tidak. Mereka berempat sama-sama merasakan kelaparan yang menyerang, merasakan kegelapan yang datang, nasib yang ditelantarkan, serta menunggu Ibu untuk pulang.
Ketika anak-anak seumuran mereka pergi sekolah, berbelanja, dan bergurau dengan para orang tua, Akira dan saudara-saudaranya tidak begitu. Mereka justru mencoba untuk tetap hidup, walau begitu miskin dan telantar.
Film Nobody Knows menunjukkan sisi gelap dari anak-anak yang ditelantarkan para orang tua. Menunjukkan pula rutinitas perihnya hidup dalam kemiskinan dan penuh kesengsaraan. Entah mereka bersyukur atau tidak dengan hidup yang mereka dapatkan. Hirokazu Kore-eda tampak berhasil menunjukkan kepada penikmat filmnya, betapa kejam dan sengsaranya hidup di atas dunia ini.
(Editor: Widya Tri Utami)