Hits: 72
Lolita Wardah
“Kepintaran tenggelam tanpa keterampilan bahasa. Kedunguan gemerlap berkat kepiawaian bahasa. Kuasai bahasa, kuasai dunia.” – Hal 75
Pijar, Medan. Kata baku dalam bahasa sehari-hari tampaknya jarang ditemui dan terdengar aneh. Belum lagi, berbahasa Indonesia di era sekarang ini sering dicampurkan dengan bahasa asing. Sebut saja kata yang sering kita dengar, kata offline dan online. Dua kata ini sering muncul di era pandemi, padahal kata tersebut bisa digantikan dengan daring (dalam jaringan) atau luring (luar jaringan).
Ivan Lanin, seseorang yang dijuluki sebagai ‘kamus berjalan’ melahirkan anak barunya yang berjudul “Recehan Bahasa”. Buku keduanya ini membahas mengenai kata-kata atau bahasa Indonesia yang sering ia bagikan di media sosial kemudian dikumpulkan menjadi satu dalam sebuah buku.
“Buku ini merupakan kumpulan terpilih kiriman saya di media sosial, khususnya Twitter. Ragam bahasa yang digunakan sesuai dengan sifat media sosial yang merupakan ragam lisan yang dituliskan. Topik yang dibicarakan pun acak dan bergantung pada pikiran,” tulis Ivan dalam Prakata bukunya.
Dalam buku ini, Ivan Lanin juga membahas kata-kata yang sering digunakan di kehidupan sehari-hari. Namun, nyatanya kata tersebut tidak baku. Seperti kata sate daripada satai. Padahal kata yang benar itu adalah satai. Buku yang terdiri dari 131 halaman ini juga memuat sumber yang relevan sehingga pembaca dapat lebih mudah mengerti. Pembahasan yang singkat juga membuat pembaca lebih mudah dalam memahami isi bacaan. Belum lagi, tampaknya buku yang membahas kepenulisan jarang yang secara singkat dan jelas.
Tak hanya membahas kata per kata, tetapi buku ini juga dilengkapi dengan gambar atau ilustrasi yang menarik sehingga dapat mudah dimengerti oleh si pembaca. Informatif dan menghibur barangkali menjadi resep dari buku ini. Bagaimana tidak, buku ini membahas bagaimana bahasa yang digunakan sehari-hari tersebut dijelaskan secara jelas dan ringkas. Ada juga penjelasan tentang kata-kata seperti ambyar, milenial, segede gaban, dan lain-lain.
Buku kedua Ivan Lanin ini dilengkapi dengan barcode atau kode batang sehingga pembaca yang ingin mengetahui penjelasan lebih dalam dapat memindai kode batang tersebut dan dapat membacanya lebih lanjut.
Buku ini juga membahas bagaimana Ivan Lanin membungkus kepenulisan itu agar tidak sukar untuk dimengerti. Harapannya, agar masyarakat Indonesia ke depannnya dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Hal ini didasari dengan realitas generasi muda Indonesia yang sering mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Akibatnya, hal tersebut menjadi kebiasaan dan dinormalkan oleh masyarakat.
Setelah membaca buku ini, diharapkan para pembaca dapat menggunakan bahasa Indonesia sesuai dengan kaidahnya, tetapi juga dapat dimengerti oleh masyarakat. Buku ini juga direkomendasikan untuk pembaca yang ingin memperkaya kosakata dan pemahaman seputar konjungsi. Harapannya juga agar para pembaca tidak salah lagi dalam menggunakan kata baku di kehidupan sehari-hari.
(Redaktur Tulisan: Rassya Priyandira)