Hits: 48
Chairunnisa Asriani Lubis
Pijar, Medan. Secercah harapan baru muncul di dunia perfilman Indonesia. Tanah air kembali dengan film bertemakan hewan dan manusia setelah sekian lamanya. Mungkin sudah menjadi hal biasa untuk menemukan film sejenis ini dari luar negeri, contohnya saja Air Bud dan Hachiko. Namun tidak dengan Indonesia melalui film terbarunya, June dan Kopi.
Bersahabat dengan hewan merupakan hal yang sudah biasa, terlebih dengan hewan peliharaan. Kadangkala hewan peliharaan merupakan sahabat terbaik bagi pemiliknya. Tapi bagaimana jika seekor anjing liar bisa menjadi lebih dari sahabat? Hal ini yang menjadi kisah dalam film June dan Kopi karya sutradara Noviandra Santosa. Ia sukses membawa nuansa baru bagi perfilman Indonesia, mengingat sangat jarang ada film Indonesia yang mengusung konsep persahabatan manusia dengan hewan.
Rilis pada tanggal 28 Januari 2021 di platform streaming Netflix, film bergenre drama keluarga ini memberikan cerita yang sederhana namun terasa hangat bagi penontonnya. Dengan durasi 1 jam 30 menit sama sekali tak membuat penonton bosan. Karena kepintaran dan chemistry yang dibangun antara dua ekor anjing bernama June dan Kopi dengan lawan mainnya cukup membuat kagum.
Film ini terinspirasi dari kisah nyata sang sutradara. Tokoh June mengisahkan tentang anjing adopsinya yang memiliki 3 kaki dan sangat takut kepada laki-laki. Sementara tokoh Kopi terinspirasi dari anjing pertamanya bernama Cody. Menariknya lagi, anjing-anjing yang berakting dalam film ini adalah anjing jalanan yang ditemukan di tempat penampungan kemudian diberi pelatihan selama beberapa waktu.
Kisah dalam film bermula saat June (anjing putih) yang liar dikejar-kejar oleh sekelompok anak kecil yang usil. Lalu Aya (Acha Septriasa) menolongnya. Tak disangka apa yang dilakukan Aya membuat ia memutuskan untuk membawa June pulang.
Kehadiran June di rumah nyatanya tak disukai suami Aya, yaitu Ale (Ryan Delon). Karena alasan June adalah seekor anjing liar, berbeda dengan Kopi (anjing hitam) yang merupakan anjing keluarga. Tapi karena bujukan Aya, akhirnya June menjadi bagian dari keluarga mereka. Meski sudah sah diadopsi, namun Ale tetap berperilaku beda dengan June. Karena Kopi tetaplah anjing spesial di hatinya.
Seiring berjalannya waktu, Karin (Makayla Rose Hilli) lahir sebagai putri dari Aya dan Ale. Hadirnya Karin membuat Ale melarang June berdekatan dengan Karin. Karena June sedari awal adalah yang memiliki trauma dengan anak-anak. Kekhawatiran semakin bertambah, ketika Karin diketahui hilang di hutan.
Akting anjing-anjing dalam film ini memang memukau para penontonnya. Terlebih saat June tahu bahwa Karin hilang di hutan. Hal ini membuktikan bahwa persahabatan antara manusia dengan hewan pun bisa sangat erat.
Dalam film ini, tokoh Karin mampu memberikan kasih sayang yang tulus kepada June yang notabenenya adalah anjing liar dan tidak menyukai sosok anak kecil. Namun karena kasih sayang tulus tersebutlah June si anjing liar berhasil menjadi anjing penyayang sekaligus menggemaskan.
Film June dan Kopi sukses memberikan emosi yang mendalam bagi penontonnya. Karakter June digambarkan lebih dari seekor anjing jalanan yang dipelihara, melainkan ia adalah bagian dari keluarga yang sangat besar jasanya. Apalagi penggambaran rasa sayang June terhadap karakter Karin yang sangat menyentuh. Film ini sangat mampu membuat penontonnya merasakan emosi yang diberikan.
Di balik peristiwa menyentuh yang terjadi dalam film ini, terdapat beberapa pelajaran yang dapat diambil. Bahwa seekor hewan pun dapat membalas jasa pemiliknya lebih dari ia yang diperlakukan hanya sebagai seekor hewan peliharaan. Akhirnya film ini juga menyadarkan kita bahwa hewan juga merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang perlu disayangi dan dicintai dengan sepenuh hati.
(Editor: Widya Tri Utami)