Hits: 40

Hana Anggie Sachari Pasaribu

Pijar, Medan. “Banyak duit jangan sombong, gak banyak duit jangan bohong, gak punya duit jangan nyolong.” Kalimat tersebut mungkin tak asing di telinga kita. Namun, tahukah kamu siapa pencetusnya?

Seorang crazy rich yang tersohor karena kesahajaannya, dia adalah H. Mohammad Jusuf Hamka atau juga dikenal sebagai Babah Alun. Memiliki darah Tionghoa-Indonesia, Jusuf Hamka terlahir dengan nama Jauw A Loen atau Alun Joseph yang lahir pada 5 Desember 1957 di Pasar Baru, Sawah Besar, Jakarta Pusat.

Nama belakang ‘Hamka’ ia peroleh karena menjadi anak angkat dari salah seorang ulama sekaligus sastrawan ternama Indonesia, Buya Hamka. Di bawah tuntunan Buya Hamka juga ia mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi mualaf pada usia 23 tahun.

Keluarga Jusuf Hamka memang bukan berasal dari kalangan berada, namun ia tumbuh di lingkungan yang terpelajar. Ia menamatkan sekolahnya hanya sampai bangku SMA. Beberapa kali ia mencoba mengenyam pendidikan di sejumlah perguruan tinggi ternama, tapi tak ada yang tuntas. Bukan karena kurang cerdas, hanya saja Jusuf Hamka memang tak menyukai formalitas.

Jusuf Hamka kini telah sukses menjadi seorang pebisnis. Ia tercatat pernah menduduki sejumlah kursi penting di perusahaan-perusahaan besar. Salah satunya sebagai Direktur Utama PT Citra Marga Nusaphala Persada (CMNP), yang menaungi pembangunan sejumlah ruas jalan tol. Oleh karenanya, ia kerap dipanggil ‘Bos Jalan Tol’ oleh masyarakat.

Kendati memiliki kekayaan melimpah ruah, Jusuf Hamka tak menampakkan apalagi memamerkannya di jagat maya. Ia justru kerap tampil biasa-biasa saja, sebagai wujud dari rasa syukur atas nikmat harta yang dititipkan kepadanya. Ia dengan pakaian sederhana, sering kali berbaur di tengah masyarakat umum.

“Bersyukur tidak merubah karakter seseorang di kala diberi nikmat oleh Allah,” begitulah kata Jusuf Hamka yang dikutip dari kanal YouTube @jusufhamkaofficial.

Selain bersahaja, Bos Jalan Tol ini terkenal dermawan dan gemar melakukan aksi sosial. Jusuf Hamka telah membangun empat masjid yang semuanya ia beri nama Masjid Babah Alun. Ia juga sering berbagi makanan berupa nasi kuning yang dijual dengan harga sangat terjangkau, yaitu Rp3000. Pada masa pandemi di tahun 2021 lalu, Jusuf Hamka mewakafkan tanahnya untuk dijadikan pemakaman jenazah pasien Covid-19. Ia pun senang bersedekah kepada rakyat kecil yang ia temui.

Baginya, selama masih bisa bernafas ia merasa perlu berbuat baik setiap harinya, karena Jusuf Hamka meyakini, bahwa kematian datang tak kenal waktu. Kepada anak-anaknya ia selalu mengajarkan, agar selalu mengasihi dan menolong sesama ciptaan Tuhan. Dengan begitulah kebahagiaan akan datang ke dalam hidup manusia.

Jusuf Hamka yang memakai baju berwarna kuning berbaur di tengah masyarakat.
Sumber Foto: Dokumentasi Pribadi (Hana Anggie)

Kebaikan-kebaikan yang ia tebar membuat orang-orang mengagumi sosoknya. Banyak yang terinspirasi dengan kisah perjalanan suksesnya. Bagaimana tidak, diketahui sewaktu kecil Jusuf Hamka ditempa dengan kehidupan yang keras. Ia telah melakoni banyak pekerjaan.

Mulai dari pedagang keliling yang menjual jajanan seperti es mambo dan kacang-kacangan di sekitar Masjid Istiqlal, hingga menjadi supir traktor pembuat jalan. Jusuf Hamka juga beberapa kali bekerja serabutan di usaha milik teman-temannya. Ia bahkan pernah mengirimkan lamaran ke lebih dari 100 perusahaan, namun tak satupun memanggilnya.

Dihadapkan dengan berbagai kegagalan tak membuat semangatnya goyah lantas menyerah. Jusuf Hamka justru semakin gigih. Ia banyak belajar dari kesalahan dan terus memanjatkan doa. Perlahan jalan suksesnya terbuka, ia mulai dipercaya memegang beberapa proyek pembangunan jalan tol. Hingga pada akhirnya, ia berhasil menjadi pemegang saham mayoritas dari PT CMNP.

Jusuf Hamka pun tak jarang menyebarkan tips suksesnya dalam banyak kesempatan. Seperti pada salah satu unggahan di media sosialnya, ia membagikan tujuh prinsip hidup yang ia pegang teguh.

Ketujuh prinsip hidup Jusuf Hamka ialah punya mimpi dan mewujudkannya, mensinergikan kemampuan terbaik di lingkungan sekitar, bergaul dengan senior dari berbagai kalangan, selalu hormat kepada ibu bapak, amanah dan menepati janji, selalu merasa bodoh dan mau belajar, serta hidup dan berpenampilan sederhana.

Jusuf Hamka pun meyakini bahwa hal utama dalam meraih sukses adalah hati yang bersih. Ia juga menyadari bahwa mencari uang sebenarnya tidaklah terlalu sulit asalkan rajin, kreatif, dan tidak gengsi.

Wah, tak diragukan lagi keteladanannya sebagai konglomerat. Sebagai kaum muda, sosok Jusuf Hamka tentu sangat cocok untuk dijadikan panutan, bukan?

(Redaktur Tulisan: Naomi Adisty)

Leave a comment