Hits: 66

Nadya Divariz Bhayitta Syam

Pijar, Medan. Almarhum Gus Dur pernah mengungkapkan, bahwa di dunia ini polisi jujur itu hanya polisi tidur, patung polisi, dan Jenderal Hoegeng saja. Selebihnya sama semua. Bukan tak jujur, hanya saja belum bisa sesempurna ketiga polisi tadi.

Jenderal itu bernama Hoegeng. Si polisi jujur tadi. Nama lengkapnya Hoegeng Iman Santoso. Ia dinobatkan oleh publik gelar tak resmi sebagai polisi anti suap. Ketika ditugaskan di Medan, ulah polisi yang satu ini sering membuat para tikus kocar-kacir ke sana kemari.

Sempat menjabat sebagai Kapolri (Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia) ke-5 pada periode 1968-1971, ternyata menjadi polisi memang sudah impiannya sedari kecil. Mungkin karena ayahnya jaksa atau seperti yang dilansir dari goodnewsfromindonesia.id merupakan pengaruh Komisaris Polisi Ating Natadikusumah yang kerap datang ke rumahnya pada sore hari.

Kata Pak Ating, menjadi polisi itu baik. Sebab dekat dengan rakyat lantaran tak ada lagi tempat rakyat meminta tolong selain pada polisi. Hati anak kecil mana yang tak berkobar mendengar jabatan mulia seperti ini?

Pada salah satu buku biografi Hoegeng karangan Soerhartono, Hoegeng berujar. “Memang baik menjadi orang penting, tetapi lebih penting menjadi orang baik.”

Masih asing dengan nama beliau, coba ingat-ingat lagi kebijakan polisi yang satu ini. Kebijakan yang nyentrik pada masa itu adalah terkait penggunaan helm yang diwajibkan bagi pemotor. Hoegeng Iman Santoso, ini pencetusnya. Seperti yang ditulis di goodnewsfromindonesia.id, beliau bilang tak apa banyak pro kontra, tapi aspal masih lebih keras dibanding kepala manusia. Untuk kalian yang kepalanya masih belum mengecup aspal, berterimakasihlah kepada beliau.

Meskipun sempat dipanggil bugeng (gemuk) pada masa kecilnya, namun hampir tak ada fotonya saat masa menjabat yang terlihat gemuk. Perawakan Hoegeng yang kurus tak berisi seakan mengamini kata Ibu-Ibu yang sering bergurau bahwa tak ada polisi baik yang perutnya buncit.

Hal yang paling selalu dibahas hampir di setiap media adalah saat Hoegeng ditawarkan menjabat kedudukan dubes. Tirto.id menulis pendapat Hoegeng pada tawaran tersebut. Hoegeng menolak dan sebagai gantinya beliau akan menerima posisi apapun asal ia tetap ditempatkan di Indonesia. “Kalau tidak ada ya sudah, saya keluar saja,” katanya.

Hoegeng Iman Santoso, salah satu polisi paling jujur di dunia dalam kelakar Gus Dur. (Sumber foto: goodnewsfromindonesia.id)
Hoegeng Iman Santoso, salah satu polisi paling jujur di dunia dalam kelakar Gus Dur. (Sumber foto: goodnewsfromindonesia.id)

Tak hanya itu, saat menjabat pun Hoegeng sempat bersikeras untuk menyelesaikan kasus-kasus yang heboh pada masa jabatannya. Sebut saja, kasus Robby Tjahyadi yang dilatari keterlibatan serangkaian nama pejabat berpengaruh atas tewasnya Rene Coenrad, si mahasiswa ITB yang diduga meninggal dunia karena taruna Akademi Polisi hingga pemerkosaan Sum Kuning.

Pada buku biografinya, ‘Hoegeng, Polisi, dan Menteri Teladan’ karangan Soehartono tadi, diterangkan bukan Hoegeng tak mau melaporkan kasus itu. Dia bahkan bersikeras hendak mengadu langsung pada Presiden. Namun keberaniannya malah berujung pemecatan. Dengan dalih kesegaran baru di tubuh Kepolisian Indonesia seperti yang diungkapkan Soeharto dalam laman nasional.kompas.com. Padahal yang menggantikan justru berusia 4 tahun lebih tua dari Hoegeng.

Semangat Hoegeng tentu tak berhenti di situ, ia malah terus dihormati dan kritis, apalagi setelah bergabung dengan kelompok Petisi 50. Bisa jadi keteguhan hati Hoegeng juga berasal dari Ayahnya. Sang Ayah juga menerapkan hal ini sepanjang hidupnya. Sebagai contoh, meskipun sebagai birokrat, keluarganya bahkan tak punya rumah. Jangankan rumah, tanah pun tak ada.

Namun sepak terjang salah satu polisi paling jujur di dunia ini harus selesai pada 2004 silam. Tepatnya tanggal 14 Juli. Beliau menghembuskan napas terakhirnya setelah berjuang melawan stroke yang sudah dideritanya sejak lama.

Andai Pak Hoegeng masih ada, kita pasti tidak perlu sibuk mewawancarai polisi tidur dan patung polisi demi informasi terpercaya dan kredibel dari polisi di negeri ini.

(Editor: Rassya Priyandira)

Leave a comment