Hits: 43
Lolita Wardah Siregar
“Ilmu bukan sekadar duduk di bangku, mengangguk pada setiap pembahasan dosen, ikut ujian, lulus. Ilmu juga butuh makna. Sudahkah kamu memaknainya?
Ilmu juga butuh praktik. Sudahkah kamu mempraktikannya?
Ataukah ini semua hanya demi, “Ah, udah, capek gini terus. Yang penting cepat lulus.” – hal 104.
Pijar, Medan. Sampul belakang buku ini menuliskan sebuah paragraf yaitu “Jika kita tak pernah jadi apa-apa akan menemanimu selama perjalanan. Buku ini untukmu yang khawatir tentang masa depan. Tenang saja, kau tidak sedang diburu waktu. Bacalah tiap lembarnya dengan penuh kesadaran bahwa hidup adalah tentang sebaik-baiknya berusaha, jatuh lalu bangun lagi, dan tidak berhenti percaya bahwa segala perjuanganmu tidak akan sia-sia. Bukankah sebaiknya apa-apa yang fana tidak selayaknya membuatmu kecewa?”
Buku karya Alvi Syahrin memilki cerita pendek pada setiap babnya mengenai bagaimana memaknai dan mengatasi masalah dalam hidup. Buku ini juga mengajak pembacanya untuk memandang masa depan dengan sudut pandang yang berbeda.
Bab pertama yang berjudul “Saat usiamu 25 nanti”, mengajak pembacanya untuk melihat lagi realitas yang ada. Bahwa kesuksesan itu tidak harus sesuai dengan standar kesuksesan yang ditetapkan oleh masyarakat atau media.
Standar sukses setiap orang itu berbeda-beda, tidak perlu harus punya rumah mewah dan gaji 2 digit agar dapat dianggap sukses. Alvi Syahrin ingin menyampaikan bahwa sukseslah dengan standar kamu sendiri.
Dalam buku ini, sang penulis juga membagi kisah hidupnya. Saat ditolak oleh universitas yang ia inginkan. Percobaan tahun pertama dan kedua sama saja, tak kunjung ada namanya pada papan pengumuman. Kecewa? Pasti. But life must goes on.
Ia melanjutkan studi di universitas swasta berakreditasi B. Namun, tak ada kata menyerah di kamus hidupnya. Ia mencoba berusaha 2 kali lipat lebih kuat dari mahasiswa lainnya. Ia meng-upgrade kualitas dirinya dengan menghabiskan waktu di perpustakaan sendirian, mengerjakan tugas hingga tengah malam, dan menikmati proses. Berharap Tuhan punya rencana yang lebih baik, yang ia tidak ketahui.
Benar, ia mendapatkan buah dari kegigihannya. Ia berhasil menerbitkan buku bahkan sebelum lulus kuliah. Ia berhasil mengunjungi negara favoritnya, tanpa menggunakan uang orangtuanya.
Buku ini ingin mengajak kita untuk berpikir bahwa apapun yang kamu lakukan pasti mempunyai hasil. Jangan berharap dulu, tapi berusaha sekuat dan berikan kualitas terbaik versi dirimu.
Ada bab yang sangat menggelitik menurut saya, pada bab “Pengusaha VS Karyawan VS PNS : Mending Mana?”. Mungkin sobat Pijar sudah tak asing dengan asumsi tersebut. Membandingkan pekerjaan dengan beranggapan bahwa jika berkerja A maka hidupmu akan terjamin daripada B. Pekerjaan C lebih banyak tunjangannya daripada A misalnya.
Padahal setiap pekerjaan mempunyai risiko dan keberuntungan masing-masing. Dan hal itu dikembalikan kepada invidu yang memiliki mimpi. Risiko mana yang lebih berani untuk diambil dan alasannya. Alvi Syahrin juga menutup bab itu dengan menuliskan bahwa tak ada mimpi yang sempurna di dunia yang tak sempurna ini.
Buku ini direkomendasikan untuk pembaca yang sedang mencari titik terang dari masa depan. Pada sampul belakang buku juga tertulis salah satu harapan penulis, yaitu agar pembaca bisa merenungkan kembali makna hidupnya, menemukan secercah titik terang, dan melangkah menuju titik itu.
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)