Hits: 46
Rahmat Harun Harahap / Nadya Divariz Bhayitta Syam
Pijar, Medan. Sebagian besar masyarakat Indonesia pastinya sudah kenal dengan penganan tradisional yang bernama lumpia. Jajanan ini terkenal di Semarang hingga nama kota tersebut dilengketkan layaknya nama asli.
Lumpia adalah sejenis jajanan tradisional hasil perpaduan budaya antara Tionghoa dan Indonesia yang terdiri dari lembaran tipis tepung gandum berisi rebung, telur, sayuran segar, daging, atau makanan laut.
Kudapan ini, dikutip dari newswantara.com berasal dari kata lun atau lum yang berarti lunak atau lembut dan pia yang dalam dialek Hokkian berarti kue. Tapi tahukah sobat Pijar bahwa dibalik makanan tradisional ini ada cerita yang romantis layaknya serial FTV di layar kaca?
Dilansir dari cnnindonesia.com, kisah ini bermula di Semarang dari Tjoa Thay Joe, seorang pria Tiongkok yang menetap di Indonesia. Dirinya membuka bisnis makanan ringan berupa popiah goreng berisi daging babi dan rebung. Dagangannya terkenal dengan rasanya yang gurih dan asin sehingga tak butuh waktu lama untuk kemudian terkenal di masyarakat.
Pada sisi lain, seorang perempuan Jawa bernama Wasih juga menjual hal yang sama dalam bentuk lebih mirip martabak berisi kentang dan udang. Berbanding terbalik dengan dagangan pesaingnya, jajanan Wasih lebih ungguldengan rasa manisnya. Walaupun bersaing, ini justru tidak membuat kedua pedagang tersebut bersaing secara tidak sehat.
Tidak lama kemudian keduanya dekat lalu memutuskan untuk menikah dan menyatukan resep penganan mereka menjadi yang sekarang dikenal dengan lumpia Semarang. Perpaduan rasa ini mereka jadikan sebagai tanda cinta dua suku yang berbeda dan melebur menjadi sebuah budaya yang indah.
Bukan hanya Semarang yang menjadikan lumpia sebagai penganan ringan favorit bahkan di beberapa kota di Indonesia. Salah satunya Medan. Namun di kota ini beberapa penganan berwuud lumpia cenderung tidak halal sehingga tidak semua kalangan bisa menikmati kerenyahan hidangan gurih ini, sebelum kemudian Karo Loempia hadir.
Berbeda dengan lumpia pada umumnya, Karo Loempia diisi dengan sayur-sayuran segar dan dijamin halal. Selain sayuran dimasukkan juga ke dalamnya buah-buahan untuk menambah cita rasa dan menyeimbangkan antara manis dan asin pada makanan tersebut. Bahkan menurut pemilik penganan, jajanan ini juga aman dikonsumsi oleh vegan karena sama sekali tidak mengandung unsur hewani.
Karo Loempia sendiri sebenarnya adalah sebuah brand lokal yang berfokus pada jajanan tradisional berupa lumpia. Brand ini menghadirkan lumpia tradisional yang sudah dikemas dengan lebih modern tanpa meninggalkan rasa asli dari lumpia itu sendiri.
Tampil standout dengan mengangkat cita rasa Karo melalui sambal kental beraroma Andaliman khas yang tersaji sebagai pendamping lumpia. Makanan ini sudah menciptakan pasarnya sendiri di Kota Medan. Perlu Sobat Pijar ketahui bahwa Andaliman sendiri merupakan salah satu bumbu khas Sumatra Utara yang memiliki rasa cukup kuat dan istimewa dari daerah asalnya.
Hamli Rizky, salah satu mahasiswa Komunikasi FISIP USU yang sempat mencicipi jajanan ini mengatakan bahwa makanan ini begitu cocok di lidahnya. “Menurutku makanan ini enak kali. Apalagi sambalnya. Nagih terus cocok kali di lidah dan rasanya itu tradisional Karo. Pokoknya enaklah,” ujarnya.
Redaktur Tulisan: Hidayat Sikumbang