Hits: 223
Annisa Van Rizky
Pijar, Medan. Dewasa ini fotografi menjadi suatu hal yang melekat pada aktivitas sehari-hari. Di tengah-tengah kehadiran teknologi digital yang lebih memudahkan, tak lantas membuat kamera analog begitu saja diabaikan dan tidak lagi dilirik karena, nyatanya masih banyak yang tertarik pada kamera analog bahkan pecinta kamera analog. Kamera analog belakangan kembali menjadi trend di Indonesia. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya tagar #indo35mm di Instagram yang menunjukkan ketertarikan masyarakat Indonesia dalam memotret menggunakan kamera analog.
Pengertian Kamera analog sendiri, yaitu kamera manual yang menggunakan media film dalam mengambil gambar. Film yang sering digunakan yaitu roll film 35mm dan melalui proses cuci cetak terlebih dahulu untuk melihat hasilnya.
Di Medan ada Memoir yang merupakan sebuah project untuk mendukung pengguna kamera analog/film di Medan. Memoir dibangun oleh Ervianda Kencana dan kedua temannya, Ebi dan David.
Mereka membuat wadah untuk pengguna kamera analog/film di Medan. Mereka merasa bahwa orang-orang di medan memiliki potensi dalam penggunaan kamera film. Tetapi karena keterbatasaan perlengkapan kamera film yang harus pesan ke Jakarta, mereka memiliki pemikiran untuk membentuk gerakan kolektif yang dapat memudahkan individu, yaitu seperti membuat cuci film kolektif yang bisa membantu orang-orang yang mau cuci film.
Ervianda Kencana, salah satu pendiri Memoir bercerita tentang bagaimana ia bisa tertarik bermain kamera analog, ”Rasanya penasaran aja bagaimana sih jadi orang dulu yang saat dokumentasikan sesuatu perlu usaha lebih, tidak seperti kamera digital yang bisa dilihat hasilnya secara langsung dan cukup praktis penggunaannya bahkan hampir setiap handphone sudah memiliki kamera sendiri. Dari situ penasaran ingin ngulik kamera film ini gimana sih cara ngoperasikannya, cara isi filmnya, cara cuci filmnya.” jelasnya.
Eksistensi kamera film saat ini menurut Ervianda, seperti kembali lagi muncul ke permukaan. Ia menjelaskan sebenarnya penggunaan kamera film itu dari dulu sampai sekarang tetap eksis untuk beberapa industri dan kalangan tertentu. Seperti beberapa fotografer professional yang dari dulu tidak pernah beralih ke kamera digital karena memang konsep pekerjaannya.
Tetapi beberapa tahun belakangan ini, ada kelompok yang secara kolektif membangkitkan bahwa menggunakan kamera film itu seru, bisa dinikmati siapa saja, tidak harus fotografer professional dan hasilnya juga menarik dan kemudian jadilah kamera film tersebut menjadi sebuah hobi baru.
“Kelompok ini tidak hanya berkembang di kota besar seperti Jakarta, Bandung, atau Medan. Tetapi hampir di setiap daerah punya kelompok masing-masing yang berusaha mengembangkan pasar kamera film. Awalnya yang saya lihat, orang kurang tertarik menggunakan kamera film karena proses cuci biasanya lama (4-7 hari), tetapi dengan kemunculan sebuah pasar baru di pengguna kamera film, banyak yang membuka jasa develop film yang lebih cepat (sampai 2 jam). Menurut saya faktor itu yang membantu pasar pengguna kamera film terus berkembang” terangnya.
Ervianda juga mengaku bahwa ia lebih memilih menggunakan kamera film dibandingkan dengan kamera digital, “Walaupun dari segi hasil emang lebih bagus DSLR/mirroless. Tetapi, kalau mendokumentasikan pake kamera film, saya jauh lebih menghargai momen. Mungkin kalau pakai kamera digital, kita memotret dan hasilnya kurang sesuai jadinya kita memotret ulang lagi. Sedangkan kalau pakai kamera film kita foto aja, bagus tidaknya itu soal belakangan,” katanya.
Ia menambahkan bahwa proses yang paling seru adalah proses cuci film dan menunggu dengan penasaran bagaimana hasilnya. “Setelah selesai dicuci, melihat hasil foto kita itu ada suatu perasaan yang gak didapat di kamera digital. Tapi pasti ada saat-saat aku tidak bisa mengandalkan kamera film, entah karena filmnya habis atau pencahayaan tidak sesuai. Walaupun punya banyak keterbatasan, menggunakan kamera film itu adalah pengalaman yang menarik,” tambahnya.
Ada beberapa saran dari Ervianda untuk teman-teman yang ingin mencoba menggunakan kamera film yaitu, gunakanlah kamera yang ada. Mungkin, milik orang tua atau keluarga kalian yang sudah lama tidak dipakai, bisa coba dimanfaatkan untuk belajar sebelum memilih atau mencari kamera sesuai kemauan kalian.
Untuk teman-teman yang hanya ingin uji coba sensasi main kamera film yang praktis tanpa harus milih kamera caranya bisa beli disposable kamera, kamera film sekali pakai, tetapi kalau sudah nyaman dengan kamera film lebih baik jangan gunakan disposable kamera. Jenis-jenis kamera film sendiri beragam, ada SLR, Rangefinder, point and shoot. Sebelum membeli usahakan riset terlebih dahulu dan lihat review di youTube atau website.
Selanjutnya, jangan menyerah pada roll pertama. Biasanya, roll pertama dijadikan sarana belajar dan tes kamera, kalau hasil roll pertama kalian tidak memuaskan, jangan langsung sedih karena semua butuh proses untuk mendapatkan hasil yang lebih baik. Nah, Apakah Sobat Pijar tertarik untuk mencoba kamera analog ini?
(Redaktur Tulisan: Intan Sari)