Hits: 17
Frans Dicky Naibaho / Muhammad Farhan
Pijar, Medan. Apakah Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency Syndrome (Aids) pantas untuk dirayakan?
Setiap tahunnya pada 1 Desember, negara-negara di dunia diramaikan dengan pita merah yang tersebar baik di tempat umum maupun di media sosial. Seolah terdapat perayaan yang meriah hingga semua orang ikut merayakan. Namun, apakah kamu tahu makna dari pita tersebut?
Pita merah di awal Desember bukanlah untuk dirayakan, sebab ini merupakan suatu lambang peringatan akan bahaya virus HIV Aids. Pita yang berbentuk terbalik menunjukkan bahwa belum adanya gerakan kemenangan untuk melawan virus HIV. Sedangkan warna merah pada pita ini dimaknai dengan darah yang terinveksi virus tersebut.
Peringatan akan HIV Aids dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran terhadap penyebaran wabah Aids. Pada awalnya, konsep ini digagas saat pertemuan menteri kesehatan sedunia dalam pembahasan program-program untuk pencegahan AIDS pada tahun 1988. Sejak saat itu hingga sekarang, masih banyak peringatan akan HIV Aids yang dilakukan oleh berbagai pihak di dunia.
Satu Desember di Kota Medan, berbagai peringatan diadakan. Peringatan-peringatan kerapkali dikemas dengan berbagai hal unik, mulai dari jalan santai, sosialisasi mengenai HIV Aids, dan bahkan melakukan cek kesehatan. Tentu saja tidak lupa dengan pita merah yang menghiasi peringatan ini.
Saat ini, peringatan akan hari HIV Aids Sedunia bukan hanya sekadar mengingatkan kita akan bahaya virus tersebut, melainkan juga untuk mengajak setiap orang agar bersama-sama menghentikan penyebaran virus tersebut. Kampanye-kampanye seperti ini dilakukan sekaligus pembagian brosur akan bahaya dari seks bebas dan napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Peringatan ini juga mengajak kita untuk tidak menjaga jarak dengan Odha (Orang-orang dengan HIV Aids). Ini dilakukan untuk menyadarkan masyarakat bahwa penyebaran virus HIV Aids hanya bisa tertular bila virus langsung masuk ke aliran darah.
“Saya hidup dengan HIV sudah 18 tahun dan saya tetap hidup selayaknya orang biasa. Pada awalnya saya sama sekali tidak tahu HIV itu apa dan ketika saya mengerti ya agak susah juga untuk menerimanya. Namun saya beruntung karena mendapat dokter yang benar-benar memberikan konsultasi yang baik sehingga sampai saat ini saya ya bisa seperti ini,” ungkap Sis Rika, seorang pengidap HIV Aids saat ditemui dalam kegiatan Peringatan Hari HIV Aids, Minggu (2/12).
Aids merupakan salah satu penyakit dengan tingkat kematian tertinggi. Hal ini dikarenakan virus HIV langsung menyerang sistem kekebalan (imun) manusia. Penyebaran virus ini sendiri bisa melalui hubungan seksual secara bebas, dari ibu ke anak melalui kelahiran, melalui air susu ibu (ASI), dan melalui penggunaan jarum suntik secara bergantian.
Dilansir dari Laporan Kementerian Kesehatan RI Triwulan III pada tahun 2012, Jumlah kasus HIV Aids di Indonesia mencapai 15.372 kasus. Sekiranya sebanyak 66,8% laki laki dan 32,9% perempuan terinfeksi virus HIV Aids.
“Banyak orang di luar sana yang tidak mau diketahui identitasnya sebagai pengidap HIV Aids, kita harus bisa menghargai itu. Namun kalau saya tidak masalah akan itu, silahkan kalian bagikan kisah saya ini agar lebih memudahkan orang untuk paham akan HIV Aids,” tutup Rika.
Cara terbaik untuk terhindar dari HIV Aids yaitu dengan melakukan pola hidup yang sehat, menjaga perilaku, dan mampu menentukan pilihan. Bagaimana Sobat Pijar? Kini saatnya bagi kita untuk “Tolak Virusnya, Rangkul Orangnya”.
Redaktur Tulisan: Maya Andani