Hits: 11

Intan Sari

Pencarian kebahagiaan adalah salah satu sumber ketidakbahagiaan” – Hoffer

Pijar, Medan – Merumuskan kebahagiaan bukanlah hal yang mudah, ukuran kebahagiaan antara satu orang dengan orang lainnya berbeda. Apakah benar bahwa kebahagiaan dapat diukur? Apakah letak geografis suatu negara berperan dalam menentukan kebahagiaan warga negaranya?

Buku ini tidak mencoba mengupas beragam definisi kebahagiaan , melainkan mencari dimana sebenarnya kebahagiaan itu berada. Buku ini sekilas mirip dengan catatan perjalanan yang mempunyai variasi pemikiran di dalamnya, yaitu psikologi, sains, dan tentunya humor.

Cerita dimulai dengan penuturan sang penulis, Eric Weiner bahwa dia adalah seorang koresponden asing untuk  National Public Radio (NPR). Pekerjaan sehari-harinya adalah  menjelajahi dunia, meliput, menyampaikan cerita mengenai orang yang murung dan tidak bahagia.

Eric Weiner menuliskan sepuluh negara yang dijelajahinya dalam sebuah buku berjudul The Geography of Bliss. Pembaca  diajak untuk memahami budaya, sistem, serta kebahagiaan berdasarkan tulisan dan pengalaman Eric Weiner.

Perjalanan pertama dimulai dari salah satu negara paling terkenal di Eropa dan sebuah negara yang sempat menjajah Indonesia cukup lama, Belanda.  Eric menjumpai seorang  profesor bernama Ruut Veenhoven, bapak riset kebahagiaan di Belanda. Veenhoven juga merupakan seorang yang mengelola Database Kebahagiaan Dunia (World Database of Happiness). Eric Weiner pada akhirnya mendapatkan gambaran akan arti kebahagiaan yang akhirnya membuatnya terus melajutkan perjalanan kesembilan negara lainnya.

Sebutlah Swiss, negara kedua yang dikunjungi Eric Weiner. Swiss, negara yang disebut-sebut sebagai negara paling bahagia dan negara paling demokratis ternyata tak selamanya bahagia. Bagi Weiner Swiss adalah negara bahagia yang membosankan.

Perjalanan dilanjutkan ke sebuah negara kecil di Asia, Bhutan namanya. Negara yang mempunyai indeks kebahagiaan sendiri secara resmi. Jika negara lain punya Produk Nasional Bruto, maka Bhutan memiliki Kebahagiaan Nasional Bruto. Lalu dilanjutkan dengan beberapa negara lainnya, yang bukan hanya memiliki indikator untuk kebahagiaan, namun juga sedang berada dalam kondisi tidak bahagia.

Terakhir Amerika, negara tempat tinggal Weiner, sebuah negara tanpa istirahat. Terus bergerak setiap waktu. Negara adikuasa yang disegani ini hanya berada pada urutan ke-23 dalam tingkat kebahagiaan. Menurut Weiner hal ini terjadi karena orang Amerika selalu gelisah. Tentu saja mereka gelisah, mereka sibuk dengan berbagai urusan yang tak kunjung selesai.

Membaca buku ini sama dengan mempelajari setiap negara yang dikunjungi oleh Eric Weiner. Pembaca dapat belajar dan mengetahui banyak hal akan budaya serta aturan dari negara lain.  Memahami perbedaan dan keunikan dari setiap negara yang dikunjungi Weiner.

Wawasan yang ditulis secara mendalam juga kocak, membuat Eric Weiner mampu membawa imajinasi pembaca seakan berkeliling ke tempat-tempat aneh yang ia kunjungi.

(Redaktur Tulisan: Viona Matullessya)

Leave a comment