Hits: 565
Laura Arya Wienanta
Judul Buku :
#1 Jingga dan Senja
Februari 2010
312 halaman
#2 Jingga dalam Elegi
Februari 2011
395 halaman
#3 Jingga Untuk Matahari
Desember 2016
441 halaman
Penulis : Esti Kinasih
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Pijar, Medan. “Pada suatu senja, dinding rumah sakit bersalin membiaskan cahaya jingga yang merekah. Cahaya matahari terbenam memantul ke seisi ruangan mengantarkan tiga anak manusia lahir ke dunia. Mereka diberi nama Matahari Jingga, Matahari Senja, dan Jingga Matahari,”.
Novel Pertama Jingga dan Senja diawali dengan takdir yang mempertemukan Ari (Matahari Senja) dan Tari (Jingga Matahari) dalam suasana perang. Tari yang merupakan junior Ari tidak pernah segan melawan sikapnya yang sewenang-wenang. Kemarahan Ari memuncak ketika tahu Tari merupakan incaran Angga, musuh bebuyutan Ari. Demi membalaskan dendamnya, Ari berusaha mendapatkan Tari dengan berbagai cara. Namun, semakin Ari berusaha mendekatinya, semakin Tari menjauhkan diri.
Esti Kinasih membuat kisah klasik khas remaja berupa tokoh utama “bad boy” dengan fisik sempurna. Penjabaran karakter yang sangat mendetail mampu membius para pembaca perempuan untuk langsung jatuh hati pada sosok Ari. Gaya bahasa yang digunakan sangat ringan dan belum terdapat konflik yang berarti. Sengaja membuat cerita sederhana yang diselipkan humor khas penulis dengan tujuan menghibur para pembaca. Akhir cerita menggantung, menandakan bahwa akan hadir kelanjutan kisah dua matahari ini.
Pembaca tidak perlu menunggu terlalu lama hingga diterbitkannya “Jingga dalam Elegi”. Pada novel kedua ini, penulis langsung memasukkan tokoh baru bernama Ata (Matahari Jingga) yang secara mengejutkan adalah saudara kembar Ari. Tari yang mulai nyaman dengan keberadaan Ata perlahan dapat melupakan Angga. Ia mulai menyukai Ata. Namun saat Tari sudah menemukan pelabuhan hatinya, satu rahasia besar terkuak. Perlahan lahan, misteri kehidupan Ari terungkap.
Berbeda dengan novel pertamanya, kali ini penulis memasukkan konflik yang mulai timbul bukan hanya soal percintaan remaja, melainkan tentang rasa kehilangan anggota keluarga. Penulis melakukan pengembangan karakter tokoh Ari dan dengan gaya bahasanya ia membawa para pembaca untuk turut merasakan kesedihan yang dialami Ari. Akhir cerita lagi-lagi dibuat menggantung.
Ironisnya, penggemar kisah para matahari ini dibuat senewen karena harus menunggu sampai lebih dari lima tahun lamanya hingga akhirnya diterbitkan “Jingga untuk Matahari”. Pembaca sampai harus menggali ulang ingatan tentang cerita Ari, Tari dan Ata. Bahkan, tidak sedikit yang memilih membaca ulang untuk kembali membangun ingatan dan emosi dari cerita sebelumnya. Benar saja, dalam novel ini penulis mengajak pembaca bernostalgia dengan tokoh lama “Angga”.
Angga tiba-tiba hadir kembali mendekati Tari. Ari yang sedang berbahagia karena telah berkumpul kembali dengan keluarganya membuat ia lengah dan membiarkan Ata berkomplot dengan Angga untuk mengoyak reputasinya. Ata termakan rasa iri hatinya karena merasa selalu terkalahkan oleh Ari.
Dibandingkan kisah-kisah sebelumnya, konflik “Jingga untuk Matahari” dibuat lebih pelik, kompleks dan rumit. Masih dengan gaya penulisan yang khas, permasalahan dibuat lebih serius dan detail. Sesekali, penulis menyelipkan bahasa sastra, analogi dan majas yang tak jarang malah menuai rasa kesal bagi para pembaca remaja. Mereka mengaku merindukan karya Esti yang ringan, asyik dan sederhana. Tak sedikit juga yang harus menelan kekecewaan karena kali ini lebih banyak bercerita tentang Ari dan Ata dengan mengesampingkan kisah cinta antara Ari dan Tari yang sudah ditunggu selama bertahun-tahun. Penulis kembali membuat kejutan besar, bahwa kisah para matahari ini masih akan bersambung dari trilogi menjadi tetralogi.
Secara keseluruhan, trilogi Jingga dan Senja ini merupakan bacaan yang sangat pas bagi para pemburu senja, penyuka warna jingga dan penggemar Matahari. Melalui novel ini penulis juga dapat membawa emosi para pembaca awam untuk turut mencintai senja, jingga dan matahari. Trilogi kisah para matahari yang selalu masuk pada jajaran Best Seller ini sedang dalam proses penggarapan film dengan Judul yang sama. Kita doakan agar dapat melihat sosok Ari secepatnya di layar kaca ya, sobat Pijar!