Hits: 2235
Fitriani Zakira
Judul : Jangan Main-main Dengan Kelaminmu
Penulis : Djenar Maesa Ayu
Penerbit : PT. Gramedia Pustaka Utama
Genre : Novel
Jumlah Halaman : 122 Halaman
ISBN : 978-602-03-2530-9
Tahun Terbit : 2016
Pijar, Medan. Djenar Maesa Ayu wanita lahir di Jakarta, 14 Januari 1973. Karya-karyanya yang berani, membuat penulis perempuan ini tak hanya sering dimaki namun juga dicintai. Karya-karya yang ia sajikan dengan gaya pengucapan yang ekstrim dan inovatif membuat pembaca yang baru mengenalnya akan terusik. Cerpen-cerpenya telah tersebar di berbagai media massa Indonesia seperti Kompas, Republika, majalah Cosmopolitan, Lampung Post, majalah Djakarta.
Buku pertamanya yang berjudul Mereka Bilang, Saya Monyet! Telah terbit dan masuk dalam nominasi 10 besar buku terbaik Khatulistiwa Literary Award 2003. Cerpen dengan judul yang sama telah diangkat ke layar lebar dan disutradarai dirinya sendiri.
Masih dengan judul yang ekstrim,Marya kembali meluncurkan bukunya berjudul Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu). Buku ini merupakan sekumpulan cerpen-cerpen dengan berbagai judul yang disajikan. Namun pada buku ini Djenar menyajikan sebuah dunia yang dipenuhi karakter manusia yang terluka, marginal dan penghianatan.
Menyusu Ayah merupakan salah satu judul cerpen yang disajikan Djenar pada bukunya Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu). Cerpen ini mengisahkan seorang anak yang bernama Nayla, dimana ia lahir kedunia tanpa figure seorang ibu menjadikan dia sebagai seorang anak perempuan yang tidak jauh lebih kuat dari seorang anak laki-laki, karena dia tidak mengisap puting payudara ibu, dia mengisap penis ayah. Begitulah ungkapan dalam cerpen ini yang membuat pembaca mungkin sangat bertanya-tanya.
Dalam cerpen ini Nayla yang ditinggalkan ibunya saat melahirkan dirinya membuat dia tidak merasakan kasih sayang dari seorang ibu. Nayla tumbuh layaknya seorang laki-laki bermain mobil-mobilan, kelereng bahkan Nayla buang air kecil seperti yang dilakukan anak laki-laki.
Potongan rambut yang pendek kulit yang hitam bahkan wajah yang tidak cantik, tubuh yang kurus kering, payudara yang rata, begitulah Djenar menggambarkan sosok Nayla di cerpennya ini.
Nayla berbeda dengan bayi-bayi yang lain, dia mampu mengingat semua kejadian yang terjadi saat dia masih dikandungan ibunya, dia mampu mengingat saat ayah yang tidak mengakui kandungan ibu, dia ingat saat ayah bertengkar dengan ibu dan dia ingat saat dia membantu persalinan ibu dengan memotong dinding vegina ibu dengan gusinya dan dia ingat saat dia menyusui ayahnya.
Aku haus, aku rindu menyusu ayah! Saat Nayla mulai tumbuh remaja dia tidak lagi menyusu ayah, dia rindu, dia haus. Ayah selalu mengatakan bahwa Nayla mengada-ngada saat dia mengatakan ingin menyusu ayah. Pukulan demi pukulan diterima olehnya karena selalu dinggap berpikiran kotor.
Saat bermain dengan sebayanya, Nayla merayu teman laki-lakinya agar mau menyusui dia, karena dia haus dia rindu menyusu ayah. Namun dengan sikap Nayla yang seperti itu membuat temen-temannya menjauhinya, menganggapnya gadis yang jahat dan gadis sundal.
Sejak dia tidak lagi menyusu ayah dan teman sebaya, Nayla berpaling ke teman-teman ayahnya. Dia senang jika teman-teman ayahnya memperlakukan dia seperti gadis manis, gadis yang pintar dan sangat dimanjakan oleh teman-teman ayahnya.
Tapi tidak ada pesta yang tidak usia. Kebahagiaan adalah saudara kembar kepahitan. Ternyata orang dewasa lebih mampu berkhianat. Ternyata tidak semua orang dewasa hanya mau menyusui.
Akankah Nayla menerima semua yang terjadi pada dirinya saat ini?
Selamat membaca.
(Redaktur tulisan: Viona Matullessya)