Hits: 97

Thiara Figlia

Judul               : Rembulan Tenggelam Di Wajahmu

Pengarang       : Tere Liye

Penerbit           : Republika

Tahun Terbit    : 2009

Tebal               : iv + 426 halaman

ISBN               : 978 – 979 – 1102 – 46 – 9

 

“Bagi manusia, hidup itu juga sebab-akibat, Ray. Bedanya, bagi manusia sebab-akibat itu membentuk peta dengan ukuran raksasa. Kehidupanmu menyebabkan perubahan garis kehidupan orang lain, kehidupan orang lain mengakibatkan perubahan garis kehidupan orang lainnya lagi, kemudian entah pada siklus yang ke berapa, kembali lagi ke garis kehidupanmu…. Saling mempengaruhi, saling berinteraksi…. Sungguh kalau ku lukiskan peta itu maka ia bagai bola raksasa dengan benang jutaan warna yang sedang melilit, saling menjalin, lingkar-melingkar. Indah. Sungguh indah. Sama sekali tidak rumit.”

Pijar, Medan. Kalimat itu adalah salah satu kutipan dalam buku Tere Liye yang terbit pada tahun 2009. Sama seperti novel-novel sebelumnya, novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu ini kaya akan pesan-pesan kehidupan. Novel ini dibawakan dari sudut pandang orang ketiga yang selalu tahu tentang kejadian yang akan terjadi. Walaupun penggunaan bahasa dalam buku ini sedikit susah dipahami, namun makna yang terkandung tidak hilang. Dengan membaca novel ini, kita jadi berandai-andai bagaimana senangnya jika mendapatkan kesempatan mengetahui jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam kehidupan kita.

Novel ini menceritakan tentang kehidupan seorang yatim piatu sejak lahir, Rehan Durjana atau Ray. Dari ia hidup di Panti Asuhan sampai ia memiliki segalanya, ia mempunyai lima pertanyaan selama kehidupannya. Pertanyaan yang mewakili kehidupannya yang tak pernah berjalan mulus.

Apakah aku tidak punya kesempatan untuk memilih saat dilahirkan?

Apakah hidup ini adil? Kenapa orang lemah selalu ditindas?

Kenapa Tuhan tega mengambil milikku satu-satunya?

Kenapa aku merasa hampa saat memiliki segalanya?

Mengapa aku harus sakit-sakitan seperti ini?

Itulah kelima pertanyaan Ray dari ia kecil hingga ia dewasa. Sampai akhirnya Ray terbaring lemah di Rumah Sakit, ia didatangi oleh “orang berwajah menyenangkan” yang akan membawa Ray kembali memutari masa lalunya dan memberikan jawaban atas pertanyaan yang mengganggu pikiran Ray selama ini. Ray mendapat kesempatan itu karena sesulit apapun hidupnya, ia selalu bersyukur atas indahnya rembulan. Ia selalu memuji ciptaan Tuhan itu.

Tere selalu pandai mengemas suatu cerita dengan unik. Yang secara tidak langsung mengajarkan kita untuk tetap bersyukur atas semua kenikmatan yang telah diberikan kepada kita sesulit apapun kehidupan kita. Novel ini sama sekali tidak terkesan menggurui. Malah sesekali kita akan ikut merenungkan kehidupan kita, apa saja yang telah kita buat yang berdampak buruk ke orang lain? Atau apakah selama ini ada kisah lain dibalik kesusahan yang kita dapat? Kita akan hanyut dengan kisah hidup Ray yang penuh cobaan namun ada makna baik dibalik itu semua. Dengan alur kisah yang maju-mundur,

Tere berhasil membuat kita terkejut dengan tiap kisahnya. Seperti contohnya, di awal novel ini dikisahkan tentang Rinai yang yatim piatu, yang menurut  perkiraan selanjutnya akan diceritakan kehidupan Rinai. Ternyata tidak, kisah Rinai akan muncul kembali diakhir cerita, dan itu merupakan akibat dari salah satu kelalaian Ray. Yang mengajarkan kita kembali, bahwa bukan hanya kejadian yang kita alami saja yang merupakan akibat dari perbuatan orang lain, namun orang lain pun dapat menjadi akibat dari perbuatan kita. Masih dengan ciri khas gaya bahasa pengarang yang tidak sederhana, kita dapat merasakan setiap detailnya penggambaran suasana dalam cerita yang membuat seakan-akan cerita itu hidup dalam pikiran kita.

Novel ini sangat bagus dibaca semua orang supaya lebih memaknai kehidupan. Lebih berhati-hati dalam melakukan sesuatu, dan tidak selalu melihat kepergian dari sisi yang ditinggalkan, namun lihatlah dari sisi yang meninggalkan kita. Walaupun novel ini sudah cukup lama diterbitkan, makna dari kisahnya tidak akan pernah usang dimakan waktu.

Leave a comment